Mari Buat Perubahan Dengan Berbagi


Percaya atau tidak? dengan berbagi kita bisa menciptakan suatu perubahan? memang, ketika kita berbagi, harta yang kita miliki secara nominal berkurang. Tetapi jika kita berpikir, sebenarnya apa yang kita miliki bukannya berkurang tapi malahan bertambah.

Dalam matematika, 10 dikurangi 1 akan menghasilkan angka 9. Tapi dalam ilmu sedekah, 10 dikurangi 1 akan menjadi 19. Karena setiap 1 bagian dari harta yang kita sedekahkan akan diganti 10 kali lipatnya.

Magis ya? apa mungkin iya? 10 dikurangi 1 menjadi 19. Harta yang kita kurangi untuk berbagi bukannya berkurang tapi malah bertambah. Tentu kita tidak akan mudah percaya sebelum hal itu benar-benar kita rasakan.

Jika kita berpikir, sebenarnya setiap sedekah yang kita berika itu sudah terbalas 10 kali lipat secara langsung. Kesehatan kita, nama baik kita, orang-orang baik di sekeliling kita! semua hal itu 10 kali lipat lebih berharga daripada harta yang kita sedekahkan.

Kebayang gak? kita sakit, periksa ke dokter, lalu divonis sakit parah dan butuh perawatan intensif! sudah berapa rupiah yang kita habiskan? Jangankan sakit parah, rawat inap di rumah sakit untuk beberapa hari saja biayanya kini lumayan mahal. 

Kebayang gak? nama baik kita tercoreng? berapa banyak uang yang kita habiskan, berapa banyak lelah dan peluh yang kita cucurkan untuk memperbaiki nama baik kita? pasti tak terbayang.

Tapi, terkadang kita terlalu banyak berharap dan akhirnya kita berasumsi jika sedekah yang kita berikan itu tidak bermakna sama sekali. Sedekah hanya saat kita punya uang receh sisa belanja. Sedekah saat kita hanya punya, sedangkan kita tidak mau bersedekah disaat tidak punya.

Dari sekian tahun perjalanan hidup saya, ada beberapa hal yang kemudian baru saya pahami akhir-akhir ini. Kebahagiaan sebenarnya adalah saat kita merasa cukup. Cukup dengan apa yang kita miliki, hari ini, kemarin, serta apa yang telah kita miliki sebelumnya.

Jangan terlalu berharap karena ujungnya kita akan merasakan sangat terpukul. Contoh sederhanya, saat kita bersedekah! Jangan terlalu berharap apa yang kita berikan akan diganti 10 kali lipat secara langsung. Ikhlaskan dan bersyukurlah karena masih mampu bersedekah. Di penghujung hari, silahkan renungi kehidupan kita, niscaya banyak sekali kebaikan dan manfaat yang tanpa disadari kita peroleh secara cuma-cuma

Pak Parman dan Becak Tuanya

Ini adalah kisah tentang keajaiban sedekah yang harus saya bagikan. Semoga menjadi inspirasi dan membuat semangat kita untuk bersedekah semakin kuat bukannya makin lesu.

**

Di kampung kelahiran saya, masyarakat masih menggantungkan hidup kepada alam. Ada yang menjadi petani, nelayan, ada pula yang menjadi kuli di pasar. Pekerjaan harian yang pendapatannya tidak menentu. Beruntung, dengan berdirinya sebuah pondok di desaku, pendapatan masyarakat sedikit terkerek seiring santri yang muali menetap serta wali santri yang sesekali datang menjenguk putra putri mereka di pondok tersebut.

Seperti masyarakat lain, pak Parman juga seorang pekerja serabutan. Berbekal becak tuanya, Pak Parman mengantarkan warga serta serta wali murid yang menyambangi putra putri mereka. Walau tidak seberapa, tapi dari penghasilannya  Pak Parman dapat mengantarkan anak semata wayangnya kuliah di ibukota provinsi.

Semua itu berkat kegigihan serta tekadnya membuat anaknya jauh lebih sukses daripada pak Parman. Memiliki masa depan cerah bukannya menjadi tukang becak yang pendapatan sehari-harinya tidak menentu.

Satu hal yang membuat saya salut kepada Pak Parman adalah kemurahan hatinya. Disaat senang maupun susah beliau selalu menyempatkan diri untuk bersedekah. Meski pendapatannya tidak seberapa, beliau selalu menyisihkan sebagian penghasilannya untuk sedekah serta ia tabung untuk biaya hidup anaknya di ibukota provinsi.



Istimewanya, setiap hari jumat, Pak Parman menggratiskan ongkos becaknya. dengan tersenyum beliau selalu menolak uang dari penumpang di hari jumat. Pak Parman melakukan itu dengan tujuan bersedekah. Saya sendiri sempat merasakannya. 

Sekitar 4 bulan yang lalu, saya terpaksa pulang mendadak karena ada keperluan mendesak. Hari itu tepat hari jumat, setelah turun dari bus segera saya mencari becak untuk melanjutkan perjalanan menuju rumah saya. Bertemulah saya dengan pak parman dan becak motornya. Singkat cerita saya diantarkan ke tujuan saya, segera saya sodorkan beberapa lembar uang sebagai ongkos, tapi beliau menolaknya dan mengembalikan uang tersebut kepada saya.

Saya sendiri agak berat menerima tumpangan gratis, karena jarak rumah saya dan terminal agak jauh. Tapi Pak Parman tetap bersikeras menolak dan meminta saya untuk menyimpan uang itu, atau menyumbangkannya untuk pembangunan masjid jika saya masih memaksa memberikan uang itu. Saya pun  berterima kasih atas kemurahan hati pak Parman.

Malam harinya, saya sungguh terkejut mendapati kisah  ajaib sedekah yang dialami oleh pak Parman. Diceritakan sendiri oleh orang tua saya. Kejadian dimana pak Parman mendapatkan uang sebesar 50 juta. Uang yang yang memang ditujukan untuk pak Parman bukan orang lain. Ya, 50 juta disaat yang sangat tepat, saat dimana Pak Parman sangat butuh uang untuk biaya pendidikan anaknya.

Senarai kisah, pada suatu jumat, pak parman mendapati sebuah tas yang tertinggal di becaknya setelah mengantar tamu menuju pondok. Menyadari hal tersebut pak Parman menitipkan tas tersebut kepada satpam pondok agar dikembalikan kepada pemiliknya.

Singkat cerita, malam harinya satpam pondok mendatangi rumah pak Parman dan memberikaan tas tersebut serta sebuah surat yang ditulis oleh pemiliknya. Dalam kertas itu  tertulis dengan jelas beberapa kalimat 

"Tas ini beserta isinya saya berikan kepada bpak! ini balasan atas semua kebaikan bapak. Semoga uang ini cukup untuk biaya pendidikan anak bapak!"

Seketika Pak Parman sujud syukur atas rezeki yang ia peroleh malam itu.

Beberpa hal yang saya dapati dari kegighan pak Parman adalah bersedekah kapan saja, dikala senang maupun susah. Bersabar terhadap seluruh ujian dan cobaan yang dihadapi serta tetap berpositif dan optimis menjalani kehidupan.

**

Itu adalah cerita sederhana yang saya peroleh dari kampung kelahiran saya. Setelah mengetahui cerita itu, masihkan kita takut untuk bersedekah? Apakah kita masih merasakan sedekah kita tidak bermanfaat?

Dari kegighan serta keuletan pak Parman aku mempelajari sebuah hal sederhana tentang arti memberi. Meski tak seberapa tapi mencipta sebuah rasa yang berbeda. Meski sedikit tapi berpengaruh banyak. Terima kasih Pak Parman 

Masih Takut Berdonasi?

Jika kalian bingung untuk mulai bersedekah dari mana, masih takut untuk bersedekah, mulailah dengan melakukan hal baik. Membantu tetangga, keluarga, dan sesekali berbagi dengan orang yang membutuhkan.

Meski kita dilanda kesibukan, saya yakin di hati kecil setiap dari kita pasti ada keinginan untuk berbagi. Jika kalian tidak mampu atau sempat untuk berdonasi secara langsung. Kalian bisa menyalurkan donasi kalian melalui Dompet Dhuafa.

Berbagi dengan dompet dhuafa artinya kalian juga turut membantu dan berbagi manfaat bagi masyarakat luas. Dengan kanal donasi online yang disediakan Dompet dhuafa, sedekah kini menjadi semakin mudah. 

Sadarilah bahwa dengan berbagi, kita tidak hanya menuntaskan kewajiban kita tapi juga memberikan warna dan makna tersendiri bagi orang yang kita bantu. Dari berbagi kita dapat menciptakan perubahan kecil. Perubahan kecil yang dapat menciptakan perubahan besar.

Nah, apakah kalian masih punya alasan untuk tidak berbagi dan bersedekah?

Selamat pagi dan selamat menjalani aktifitas hari ini. Semoga banyak kebaikan yang bisa kita lakukan hari ini 😆

“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Jangan Takut Berbagi yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”



----
Sumber gambar
www.unsplash.com



18 Komentar

  1. Wuih, kisahnya keren banget. Salut sama bapak Parman ini, dia bersedekah setiap waktu

    BalasHapus
    Balasan
    1. yups, saya juga salut ama pak Parman ini bang

      Hapus
  2. Inspiratif banget, 😁

    Enak ya sekarang berbagi jadi makin mudah dengan kemudahan yang diberikan oleh dompet dhuafa

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mas, sekarang jadi enak dan mudah banget looo

      Hapus
  3. Bener juga gan, dengan sedekah kita jadi lebih bersyukur kepada yang diAtas. Tapi kalau bayar pajak, apakah termasuk sedekah apa gak ya gan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. pajak itu sih bisa dibilang sebagai kewajiban sebagai warga negara. Udah lebih kepada tanggungan sih enurut saya :)

      Hapus
  4. Betul sekali tu gan, dengan berbagi memang bisa membuat rezeki kita bertambah, apalagi kita berbagi di bulan puasa, itu rezekinya dan pahalanya juga akan bertambah 😀

    BalasHapus
  5. Inspiratif sekali kisahnya. Semoga Pak Parman selalu diberikan keberkahan dalam hidupnya. Sama penulis yang punya blog ini juga ya semoga selalu diberikan rejeki yang luar biasa. Setiap baca postingan kayak gini selalu merasa dapat suntikan semangat baru untuk berbagi lebih banyak. Makasih mas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, semoga pak Parman sehat selalu

      Sama sama mbak, semoga menjadi inspirasi ☺😄

      Hapus
  6. inspiratif banget mas ceritanya..
    jarang-jarang ya ada orang seperti pak parman..

    BalasHapus
  7. kalau bisa sih jangan nunggu kaya baru berbagi ya gan, tapi dalam kondisi apapaun berbagi adalah sebuah keharusan agar kita bisa hidup tenang dengan sedekah,walaupun nominalnya kecil yang penting ikhlas ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget mas, kalau visa sih kita yang ngantar,

      Sebenarnya ngeblog itu juga sedekah lo! Sedekah ilmu dan pengetahuan

      Hapus
  8. Terinspirasi banget sama sikap pak Parman ini akutuuuu

    BalasHapus

Anda bebas berkomentar selama tidak mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI. Selamat berbagi pendapat dan berdiskusi di kolom komentar ini.

Orang baik berkomentar dengan baik.
Jadilah komentator yang baik.