Rahmad Maulizar: Mengukir Senyum dan Harapan di Bumi Aceh

Rahmad Maulizar: Mengukir Senyum dan Harapan di Bumi Aceh

Di balik bibir sumbing yang terkadang menjadi bahan mitos dan stigma di Indonesia, terdapat secercah harapan. Rahmad Maulizar, seorang pria luar biasa lahir di Meulaboh, Aceh pada tanggal 20 September 1993, telah memilih untuk menjadi pelopor dalam menghadirkan senyuman dan harapan bagi penderita bibir sumbing di tanah Aceh.

Bibir sumbing adalah kelainan bawaan yang terjadi selama kehamilan bayi, disebabkan oleh berbagai faktor seperti kurangnya asupan vitamin A, radiasi, dan kurangnya nutrisi. Kelainan ini muncul ketika jaringan yang membentuk bibir bayi tidak menyatu dengan sempurna selama proses perkembangan pada usia kehamilan 4–7 minggu.

Meskipun faktor-faktor diatas dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing, upaya pencegahan dapat diambil dengan cara rutin melakukan pemeriksaan kehamilan dengan bantuan bidan atau dokter kandungan, menghindari paparan asap rokok, tidak merokok dan tidak mengonsumsi minuman beralkohol, serta menjaga berat badan ideal dan asupan makanan bergizi yang seimbang.

Selama kehamilan, sangat penting bagi ibu untuk memastikan asupan asam folat, zinc, dan vitamin B kompleks yang cukup. Namun, jika bayi lahir dengan bibir sumbing, operasi adalah tindakan yang dapat memperbaiki kelainan ini.

Operasi harus disesuaikan dengan lebar bibir sumbing bayi dan dapat dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama, operasi bibir/labioplasty, biasanya dilakukan ketika bayi berusia 3 bulan. Tahap berikutnya adalah operasi langit-langit/palatoplasty yang dilakukan saat bayi mencapai usia 10-12 bulan. Setelah itu, terapi wicara diperlukan pada usia 1 tahun, sementara operasi gusi dilakukan saat usia 7-9 tahun.

Terakhir, saat mencapai usia dewasa, operasi untuk perbaikan tulang-tulang muka/kesimetrisan dapat dilakukan. Dengan penanganan yang tepat dan operasi yang sesuai, bayi yang lahir dengan bibir sumbing dapat tumbuh menjadi individu yang mampu berbicara dengan lancar.

Namun, di Indonesia, bibir sumbing seringkali dihubungkan dengan mitos atau dianggap sebagai akibat karma orang tua, padahal penyebabnya adalah faktor medis yang dapat dicegah dengan perawatan yang tepat selama kehamilan.

Bibir Sumbing: Stigma dan Pandangan Masyarakat


Di tengah realitas ini, di Aceh ada seorang pejuang yang memberikan pendampingan bagi penderita bibir sumbing dan celah langit-langit mulut, yakni Rahmad Maulizar. Rahmad Maulizar dengan gigih mensosialisasikan Smile Train Indonesia dan Rumah Sakit Malahayati Banda Aceh. 

Smile Train adalah organisasi yang menyediakan layanan operasi bibir sumbing dan langit-langit mulut secara gratis bagi pasien yang tidak mampu di Aceh. Dedikasi dan kontribusi nyata dari Rahmad Maulizar membuatnya meraih penghargaan SATU Indonesia Award pada tahun 2021 berkat upayanya dalam Smile Train

Setiap bulannya, sekitar 40 pasien menjalani operasi dengan bantuan DR.M.Jailani, SpBP-RE (K), seorang dokter ahli bedah plastik yang telah lama menjadi mitra Smile Train.

Selain Dokter Jailani, tim bedah plastik Smile Train juga melibatkan dokter Mirna Sari dan dokter Syamsul Rizal. 

Sejak berdirinya Smile Train pada tahun 2007 yang diprakarsai oleh dr. Muhammad Jailani dan timnya, sudah lebih dari 5.000 orang menjalani operasi bibir sumbing secara gratis melalui organisasi ini. Smile Train menanggung seluruh biaya operasi, termasuk obat-obatan dan akomodasi pasien.

Pasien yang menjalani operasi bibir sumbing melalui Smile Train merasakan perubahan luar biasa dalam hidup mereka. Mereka kini memiliki senyum yang sempurna dan harapan baru dalam menghadapi masa depan. Rahmad Maulizar, yang pernah menjadi pasien bibir sumbing selama 18 tahun, menjalani operasi gratis pada tahun 2011 dan kemudian bergabung dengan Smile Train pada tahun 2008.

Langkah Kecil Hari ini Untuk Masa Depan

Pengalaman pribadinya telah menginspirasi Rahmad untuk menjemput pasien bibir sumbing dan keluarganya dari berbagai pelosok desa untuk mendapatkan pelayanan operasi gratis dari Smile Train Indonesia. Rahmad Maulizar menghadapi tantangan yang tidak mudah dalam perannya sebagai pekerja sosial, termasuk ejekan dan ancaman bahkan tindakan kekerasan. Namun, tekad dan semangatnya yang kuat untuk membantu sesama membuatnya bertahan.

Bagi Rahmad, masa depan anak-anak Aceh, terutama yang menderita bibir sumbing, adalah yang paling penting. Dia berharap bahwa dengan operasi bibir sumbing gratis dari Smile Train, mereka akan tampil lebih percaya diri dan mampu meraih kesuksesan dalam hidup mereka. Dalam setiap langkah yang diambilnya, Rahmad Maulizar membawa harapan dan senyuman kepada mereka yang membutuhkannya.

Rahmad Maulizar adalah contoh nyata bahwa kebaikan dan kepedulian dapat mengubah hidup banyak orang. Dengan dedikasi dan semangatnya, ia telah membantu ribuan penderita bibir sumbing di Aceh untuk memiliki senyuman yang indah dan harapan baru dalam hidup. Di balik setiap senyum yang dibawanya, tersimpan cerita kebaikan yang menginspirasi kita semua. (*)

2 Komentar

  1. Dulu aku sempet lama tinggal di Aceh , dan bener sih di sana ada banyak anak2 berbibir sumbing. kebanyakan ya Krn ortu kurang mampu , sehingga pas hamil mungkin banyak yg tidak konsumsi asam folat dan nutrisi lainnya.

    Salut dengan mas Rahmat ini yg mau bersusah2 untuk mendampingi para anak2 berbibir sumbing hingga bisa mendapat pengobatan gratis ❤️. Dia cocok sih mendpat penghargaan Astra ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Langkah nyata Mas Rahmat di Aceh menghadirkan senyum bagi penyintas bibir sumbing adalah sebuah langkah nyata yang perlu diapresiasi. Dan, melalui tulisan ini saya berusaha untuk mengapresiasi langkah yang telah dilakukan Mas Rahmat.

      Terima kasih telah berkunjung Kak

      Hapus

Anda bebas berkomentar selama tidak mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI. Selamat berbagi pendapat dan berdiskusi di kolom komentar ini.

Orang baik berkomentar dengan baik.
Jadilah komentator yang baik.