Pohon Mangga Kesayangan Rahma dan Langkah Sederhana Menjaga Lingkungan



Ini merupakan sebuah kisah, tentang Rahma. Seorang gadis muda dengan kedua orang tuanya yang bekerja dan menggantungkan hidup kepada hasil alam sebagai petani serta sebuah pohon mangga kesayangannya yang berdiri dengan kokoh di pekarangan rumah.

Pohon mangga merupakan sebuah pemandangan yang lumrah di daerah rumahku. Masih banyak warga sekitar yang menanam dan merawat pohon mangga baik di pekarangan maupun belakang rumahnya.

Di desaku, pohon mangga tidak hanya untuk meneduhkan halaman dari panas terik matahari saja, namun juga sebagai penyambung kehidupan masyarakat setempat.

Pohon-pohon mangga yang banyak tumbuh di rumah warga mayoritas dikontrakkan untuk dijual kepada tengkulak atau bandar. Orang setempat menyebut kegiatan tersebut dengan istilah “Tebbhes Pao”.

Thebbes merupakan istilah untuk kegiatan kontrak penjualan tanaman yang masih berada di pohon, sedangkan Pao adalah bahasa lokal untuk Mangga.

Kegiatan Tebbhes Pao ini sangat membantu ekonomi masyarakat setempat, baik untuk kebutuhan sehari-hari, membayar kebutuhan pendidikan anak maupun berbagai kebutuhan lainnya. Hal itulah yang juga membuat Rahma begitu menjaga dan merawat pohon mangga yang tumbuh di pekarangan rumahnya.

Setiap hari, seusai menyapu pekarangan rumah. Rahma selalu menyempatkan diri menimba air untuk disiramkan ke pohon mangga kesayangannya yang tumbuh dengan lebat di pekarangan rumah. Menjuntai tinggi dengan bunga-bunga putih yang menandakan musim panen mangga akan segera tiba bersamaan dengan bunga yang berbuah menjadi mangga.

Begitulah Rahma, disela-sela kesibukannya belajar dan membantu orang tuanya dirumah. Dengan tekun dan rajin Ia menjaga dan merawat pohon mangga tersebut. Kadangkali bersantai dan ngaso di atas gazebo kecil tanpa atap yang dibangun di bawah ranumnya dedaunan pohon mangga di depan rumah. Pohon mangga yang sama yang setiap musimnya di Thebbes dan memberikan penghasilan tambahan bagi keluarga kecil Rahma.

Para bandar yang me-nebbhes Pao juga kadang memberikan beberapa kelebihan buah Mangga saat panen kepada pemilik pohon yang kadang dikonsumsi pribadi atau kadang diberikan kepada tetangga sebagai bentuk pengikat tali silaturahmi antar warga setempat.

Kisah Rahma sangat menggambarkan betapa alam dapat memberikan manfaat jika dirawat dan dijaga dengan baik.

Berbeda dengan Rahma, pamannya tidak menanam pohon mangga tapi menanam Durian. Masih teringat jelas penjelasan pamannya saat memutuskan untuk menanam Durian pada saat ponakannya baru lahir.

“Pohon Durian ini, 5 tahun lagi akan menjadi biaya sekolah dan kebutuhan ponakanmu saat akan bersekolah nanti. Ini investasi Paman untuk ponakanmu nanti Bhing!” Terang Pamannya kepada Rahma.

Ucapan tersebut merujuk kepada masa tunggu pohon Durian dari penanaman hingga panen yang rata-rata membutuhkan waktu sekitar 5 tahun. Sekali lagi, menanam pohon, merawatnya hingga besar, berbunga lantas berbuah tidak sekedar tentang menjaga lingkungan agar tetap asri. Namun juga memberikan manfaat yang kembali kepada diri Kita semua seperti cerita-cerita di atas.

“Siapa yang menanam, maka Ia akan memanen.”

Dilain kesempatan, Paman Rahma kembali bercanda tentang kedua orang Tua Rahma. Khususnya Ayah Rahma yang juga merupakan adik Kandung Pamannya. Dibawah lenchak kayu (Meja untuk duduk dalam bahasa Madura) yang berada di bawah pohon belimbing bulu di depan rumah Pamannya mereka berdua ngobrol.

“Bapak Kamu itu orang kaya lo Bhing!” Ucap pamannya yang biasa memanggil Rahma dengan sebutan Bhing. 

Bhing sendiri merupakan kata panggilan untuk perempuan muda dalam bahasa Madura.

“Masa iya Lek?” Tanggap Rahma

“Iya, bapakmu itu orang kaya!” Pamannya kembali menegaskan sedangkan Rahma mulai berpikir pekerjaan lain Ayahnya selain bertani.

Melihat Rahma yang nampak berpikir, Pamannya lantas menambahkan.

“Orang kaya kalau sedang panen”

Rahma yang mulai paham kemudian lantas tersenyum dan tertawa kecil bersama dengan Pamannya. Sang Paman lalu beranjak ke depan rumah memetik beberapa buah belimbing Bulu yang kemduain diberikan kepada Rahma.

"Kasih Ibu dirumah! Buat sambal asem pas buka puasa nanti" Pesan Pamannya.

Sebuah kerukunan yang tampak di tengah orang-orang yang menjaga dan menitipkan hidupnya kepada kekayaan alam yang melimpah ruah.

Perubahan Iklim dan Upaya Menjaga Lingkungan yang Dimulai dari Pekarangan Rumah


Alasan dari ketekunan dan kerajinan Rahma merawat serta menjaga pohon mangga kesayangannya tersebut bukan semata karena pohon tersebut bisa di thebbes setiap musimnya namun juga karena perubahan iklim dan kerusakan lingkungan yang terjadi.

Kerusakan lingkungan yang marak terjadi belakangan ini sebagian besar merupakan efek dari pengalihan lahan hijau menjadi zona industri atau pemukiman warga. Hal tersebut memberikan dampak tersendiri terhadap lingkungan serta seringkali menjadi penyebab dari munculnya bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.

Perubahan iklim yang terjadi juga secara tidak langung memberikan dampak kepada Rahma dan pamannya. Selain daya serap tanah yang berkurang secara drastis, cuaca yang terasa makin panas dan hujan deras yang suka menerjang tanpa pamit, perubahan iklim juga kerapkali membuat pohon mangga kesayangan Rahma tidak berbuah sebanyak biasanya.

Hujan badai yang kadang suka mengguyur tanpa pamit tidak hanya membawa turun air, namun juga bersamanya bunga-bunga putih kekuningan yang mulai bermekaran diantara lebatnya daun pohon Mangga. Gugurnya bunga mangga tersebut yang membuat panen pohon mangga kesayangan Rahma seringkali tidak sebanyak biasanya. Bukan karena Hama, namun karena cuaca yang kini tidak menentu.

Orang tua Rahma yang merupakan Petani juga turut merasakan dampak perubahan iklim. Cuaca ekstrim yang melanda membuat komoditas padi yang ditanam di sawah menjadi lebih rentan terserang hama dan penyakit yang berakibat kepada menurunnya hasil panen gabah.

Menjaga lingkungan adalah kewajiban Kita semua. Seperti Rahma yang menjaga pohon mangga kesayangannya, kegiatan menjaga lingkungan bisa dilakukan siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Bahkan dari pekarangan rumah sekalipun.

Selain menjaga kelestarian lingkungan dengan menanam pohon dan merawatnya di pekarangan depan maupun belakang rumah, banyak hal lain yang bisa dilakukan untuk menjaga sekaligus merawat lingkungan dari rumah.

Langkah sederhana menjaga lingkungan dari pekarangan rumah secara tidak langsung akan membantu dan menjaga Bumi Kita melawan perubahan klim yang semakin ekstrim dari hari ke hari.

Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menjaga dan merawat lingkungan dari Rumah, antara lain :

Manajemen dan Pengelolaan Air yang Baik


Air adalah sumber kehidupan. Kerusakan hutan adalah salah satu penyebab utama bencana banjir di musim hujan, dan keringnya sumber air di musim kemarau. Pengalih fungsian lahan sawah dan kebun menjadi pemukiman warga juga merupakan salah satu penyebab dari bencana banjir yang sering terjadi karena daya serap air yang menurun sehingga air tidak terserap dengan baik dan berujung banjir. Hal tersebut terjadi karena pemukiman penduduk tidak dikondisikan untuk dapat menyerap kelebihan air dengan baik.

Air hujan yang jatuh ke halaman rumah paling tidak 85 persen harus bisa diserap oleh tanah di halaman tersebut agar tidak berpotensi untuk menjadi penyebab banjir. Secara alami tanah di pekarangan halaman rumah dapat menyerap curahan air hujan yang jatuh baik dari air hujan langsung maupun dari atap rumah yang terkumpul dan mengalir melalui talang air. Namun banyak kondisi yang tidak memungkinkan pengembalian air hujan ke dalam tanah karena kondisi pekarangan yang tidak memungkinkan dan juga karena daya resap tanah itu sendiri yang telah berkurang.

Dua langkah mudah menjaga daya serap air hujan tanah pekarangan rumah yang bisa diaplikasikan dengan praktis

Kita dapat berkontribusi dan menjaga daya serap air di pekarangan rumah agar dapat menyerap air hujan dengan baik selama musim hujan dan tidak menyebabkan banjir. Langkah yang perlu dilakukan juga cukup sederhana. Sebisa mungkin, jangan habiskan pekarangan rumah menjadi bangunan dan lahan dengan semen. Buatlah beberapa parit kecil atau cekungan tanah sebagai media penyerap air berlebih dikala hujan. Cekungan tersebut selain untuk menyerap air, bisa juga difungsikan sebagai kolam ikan yang nantinya bisa dikonsumsi maupun dijual.

Sekali lagi, menjaga dan merawat alam bukan merugikan Kita, tapi justru memberikan manfaat yang Kita sendiri juga akan menikmatinya di kemudian hari. Sudah bebas dari banjir, bisa mendapat penghasilan pula dengan menjaga dan melestarikan alam.

Penghijauan Pekarangan Rumah


City Garden, Rooftop Garden dan berbagai konsep hijau lain sedang naik daun belakangan ini. Tren tersebut tentu merupakan sebuah angin segar dalam upaya melestarikan dan menjaga lingkungan. Sebagaimana banyak digaungkan oleh gerakan konservasi lingkungan “Salah satu pelestarian sumber daya alam adalah melestarikan hutan kita.” Hutan tidak terbatas kepada pedalaman, namun menanam dan merawat tumbuhan-tumbuhan hijau di pekarangan rumah juga bisa dikategorikan sebagai upaya melestarikan hutan.

Pekarangan rumah walaupun sempit dapat dimanfaatkan untuk menanam tumbuhan yang bermanfaat dalam pot. Memulai dari rumah sendiri dengan satu dua pohon jauh lebih berarti dan akan sangat terasa dampaknya di masa yang akan datang.

“Action speak louder than words”

Dalam memilih pohon yang akan ditanam untuk penghijauan pekarangan rumah sebaiknya mempertimbangkan segi persyaratan hortikultura (ekologikal) dan persyaratan fisik.

Syarat hortikultural yaitu respon dan toleransi tanaman terhadap temperatur, kebutuhan air, kebutuhan dan toleransi terhadap cahaya matahari, kebutuhan lahan dan jenis tanah, serta ketahanan hama dan penyakit. Sedangkan syarat-syarat fisik yaitu tujuan penghijauan, persyaratan budi daya, bentuk tajuk, warna, dan aroma untuk kepentingan estetika dan perawatan misalnya pemangkasan (Contoh : Tanaman Bonsai).

Pertimbangan sebelum memilih tanaman untuk pekarangan rumah

Dengan mengenal tanaman yang akan ditanam tersebut, Kita akan lebih mengerti dan dapat merawat tanaman tersebut dengan lebih baik. Akan muncul rasa mengerti dan kepemilikan yang kemudian secara tidak sadar akan mendorong Kita untuk lebih menjaga dan merawat tanaman tersebut.

Seperti Rahma yang menanam dan menjaga pohon mangganya dengan baik agar dapat menjadi sumber pendapatan, Kalian juga bisa mulai melakukan penghijauan dengan menanam pohon hias di pekarangan rumah. Selain memberikan pemandangan hijau yang menyejukkan mata, beberapa tanaman hias juga punya hasiat dan manfaat seperti bunga Lili dan Sirih Belanda yang dikenal dapat menyerap serta menetralisir senyawa Benzena yang terkandung dalam asap rokok.

Sudah hijau, udara menjadi segar, bisa memberikan nilai ekonomis pula. Sungguh menjaga lingkungan merupakan hal yang sangat bermanfaat.

Memilah dan Memilih Sampah Rumah Tangga


Cara alternatif lain yang bisa Kita lakukan untuk menjaga lingkungan dari Rumah adalah dengan memilah dan memilih sampah rumah tangga. Permasalah pengolahan sampah masih menjadi isu yang belum juga terselesaikan. Walaupun di berbagai tempat umum sudah banyak menyediakan tempat sampah dengan memisahkan antara sampah organik dan anorganik, tetapi realitanya sampah tersebut tetap dijadikan satu pada saat petugas kebersihan mengangkut sampah-sampah tersebut menuju TPS terdekat.

Sebagai masyarakat, Kita mempunyai tanggung jawab untuk sadar dan berbuat sesuatu untuk lingkungan, salah satunya adalah dengan memilah sampah dari Rumah.


Berkontribusi dalam Pemilahan sampah bisa dilakukan dengan cara-cara sederhana seperti :

  1. Memisahkan antara sampah organik dan anorganik
  2. Memilah dan memisahkan antara sampah plastik, kertas, kemasan tetra pack, elektronik, kaleng, dan beling
  3. Mengolah sampah organik menjadi pupuk Kompos yang kemudian bisa digunakan untuk pupuk pohon dan tanaman penghijauan pekarangan rumah.
  4. Mengumpulkan minyak goreng bekas (minyak jelantah) dan menyalurkannya ke lembaga pengolahan minyak atau menjualnya ke pengepul untuk dijadikan bahan baku Bio Diesel.
  5. Mendaur ulang sampah anorganik menjadi barang yang berguna seperti plastik bekas kemasan sabun cuci atau makanan ringan bisa digunakan sebagai pengganti polybag untuk menanam tanaman. Atau kaleng bekas susu bisa dijadikan tempat sendok maupun pot.

Menyempatkan beberapa saat untuk memilah sampah tentu bukan suatu hal yang susah dan memberatkan serta sangat mudah untuk dilakukan.

Terlepas dari cara yang dipilih, Kita semua dapat berkontribusi dalam menjaga dan melestarikan lingkungan dan alam dengan hal dan langkah sederhana bahkan dari Rumah sekalipun. Entah itu seperti Rahma yang menjaga dan merawat pohon mangga kesayangannya atau dengan cara-cara sederhana lain untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Mungkin dampaknya tidak akan langsung terasa, seperti Rahma yang menjaga dan merawat pohonnya. Namun, jika bersama semuanya akan menjadi lebih tampak dan terasa. Alam itu kaya, dengan menjaganya Kita tidak akan rugi namun malah memperoleh manfaat dan keuntungan darinya.

Selamat hari Bumi. #UntukmuBumiku mari terus jaga alam dan lingkungan Kita. Bersama. #TeamUpforImpact

29 Komentar

  1. Rama adalah salah satu contoh baik yang wajib kita tiru untuk menjaga alam supaya tetap dalam keadaan baik. Bisa dimulai dari hal kecil terlebih dahulu

    BalasHapus
  2. Wowwww POV nya keren sih, btw Situbondo rata2 memang banyak tebhes pao yess. DI rumahku juga banyak tuh tebhes pao

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thebbes Pao merupakan salah satu aspek yang membantuku menyelesaikan kuliah juga Cak, selain hasil Ghebbe dari sawah dan pemasukan lain tentunya hehe. Nilai yang dikasih bandar-banda sini lumayan juga, sebagai pemiliki pohon juga gak terlalu ribet daripada jual sendiri kalau sudah panen.

      Terimakasih sudah mampir Cak Joe

      Hapus
  3. Contoh yang dapat menginspirasi banyak orang. Perubahan iklim memang suatu yang paling dirasakan dampaknya sekarang. Musim sudah susah diprediksi. Ekosistem sudah terganggu. Salah satu cara adalah menyeimbangkannya kembali. Menanam pohon salah satu cara terbaik ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hal-hal sederhana seperti menyiram dan merawat tanaman walau tidak terasa langsung dampaknya tapi memberikan manfaat yang luar biasa. Yuk bareng-bareng jaga lingkungan

      Hapus
  4. Di tempatku juga Mangga sering dibeli dulu bahkan ketika masih berbunga. Ternyata istilahnya Tebhes Pao ya. Baru tahu kak.

    Menanam pohon, walaupun terlihat sepele, tapi punya pengaruh baik mengurangi emisi karbon. Mantap kak ulasannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget Kak, lebih banyak manfaat daripada ruginya

      Hapus
  5. Aku suka manggaaa, tapi hanya mangga harumanis (di luar itu perutku nggak kuat). Tapi di rumah adanya pohon jambu (baru berbuah 5-6 butir :D) dan belimbing. Senengnya, rumah jadi lebih sejuk karena ada pepohonan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kerasa banget manfaanya, apalagi di musim kemarau yang notabene panas banget. Beberapa saat yang lalu juga sempat sayang banget harus nebang salah satu pohon mangga dirumah untuk bangun kamar mandi luar. Untungnya, beberapa saat kemudian ada sebuah kegiatan amal yang ngasih pengunjung Bibit pohon gratis, bawa pulanglah Aku bibit pohon Jambu sebagai ganti pohon mangga tersebut.

      Terimakasih banyak telah berkunjung Mbak

      Hapus
  6. Tebas poh..itu dalam bahasa Jawanya. Mirip ya?
    Siapa yang menanam ia akan memanen.
    Seperti Rahma, saat baru pindah ke Jakarta, komplek perumahan saya gersang. Akhirnya suami menanam bibit pohon mangga dari kampung (Kediri) juga jambu, jambu biji dan nangka, di halaman dan area/bahu jalan di sekitar sekitar. Ada 6 pohon. Maka, kini- 15 tahun kemudian rumah yang terbatas lahan dan halamannya jadi sejuk dan rindang. Alhamdulillah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seneng banget dengernya, memang dengan adanya pohon pekarangan jadi lebih adem dan teduh. Sangat nyaman untuk bersantai dan duduk-duduk di depan rumah dikala musim panas atau siang hari. Kalau panen juga bisa nikmatin buahnya.

      Di Rumahku juga ada pohon Jambu lo Mbak, tapi tidak seperti Mangga yang mayoritas di Tebbhes, buah lain biasanya dikonsumsi pribadi dan kadang dibagikan kepada tetangga kalau berlebihan hasil panennya

      Hapus
  7. Menyenangkan kalau setiap rumah ada 1 pohon. Minimal 1 pohon aja, deh. Kayaknya bumi akan berasa semakin adem

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebuah impian yang asik banget tuh Kak. Mungkin kalau bisa dimulai dari setetanggaan enak juga sepertinya tuh. Atau mulai dari pekarangan rumah sendiri jadi yang lainnya ikutan bakal asik tuh

      Hapus
  8. Saya sampai saat ini masih bingung membedakan sampah organik dan bukan organik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cara ngebedainnya gampang banget lo Kak. Kita bisa lihat sumbernya. Sampah organik berasal dari sisa-sisa organisme hidup baik manusia, hewan, atau tumbuhan. Sedangkan sampah anorganik berasal dari organisme tidak hidup.

      Simpelnya, sampah organik itu isinya, non organik itu bungkusnya.

      Hapus
  9. terkadang hal-hal kecil seperti ini justru banyak disepelukan orang, padahal kalo kita peduli dengan sampah baik berukuran kecil maupun besar, pasti di setiap sudut kota terlihat bersih dan nyaman untuk ditempati,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sependapat banget, hal-hal kecil seperti ini sangat sering disepelekan oleh banyak orang. Hal utama penyebabnya adalah dampaknya yang tidak begitu terasa, tapi kalau dilakukan secara konsisten dan bersama-sama maka dampaknya akan jauh lebih terasa nantinya

      Hapus
  10. Wah kalau dipekarangan rumah subur kayak gini rasanya hepi banget, apalagi tanaman-tanaman yang ditanam itu bisa dipanen sendiri hhi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Senang banget rasanya mas, hepi gitu bawaannya

      Hapus
  11. Noted banget ini, biar perubahan iklim tidak semakin ekstrim, memang perlu menjaga kelestarian lingkungan ya. Salah satunya dengan menanam pohon dan di pekarangan rumah. Sekarang udah jarang soalnya rumah dikelilingi pohon2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget mbak, model rumah kekinian biasanya lebih mengedepankan arsitektur dan estetika dan kadang tidak membawa kesan hijau dalam konsepnya. Semoga semakin banyak lagi orang yang ikut dan mau menjaga lingkungan mulai langkah yang paling sederhana sekalipun

      Hapus
  12. selamat hari bumi, semoga semakin banyak anak muda yang ikut menjaga kelestarian alam ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, semoga kedepannya jauh lebih banyak orang yang peduli dan mau menjaga lingkungan sekitar

      Hapus
  13. Salah satu yang bikin aku kepengen punya rumah dengan halaman, itu biar bisa nanam2 😄. Sayangnya rumah yg sekarang ga ada halaman, trus apartemen juga ga ada. Kecuali mau taro pot2 kecil doang di terasnya 😄. Padahal memang enak sih kalo rumah banyak tanaman Yaa mas. Mata seger liat yg hijau2, dan ngaruh untuk kebaikan alam juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bangun tidur, seduh air anget untuk secangkir kopi atau teh. Lalu dilanjutkan dengan duduk di pelataran rumah membaca berita atau sekedar mengecek perkembangan sosmed. Morning ritual banget sih Mbak Fanny

      Hapus
  14. Rumah orangtuaku dipenuhi pepohonan buah-buahan terutama pepaya dan pisang. Apalagi dulu, pohon mangga ada, rambutan ada beberapa, kecapi, jambu bol dan masih banyak lagi. Menanam dan merawat pohon memang selain hobi juga turut melestarikan alam dan lingkungan sekitar. Sirkulasi udara menjadi lebih baik dan sejuk. Enaknya lagi, kalau panen, tinggal petik dan nikmati deh :D

    BalasHapus

Anda bebas berkomentar selama tidak mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI. Selamat berbagi pendapat dan berdiskusi di kolom komentar ini.

Orang baik berkomentar dengan baik.
Jadilah komentator yang baik.