Bukan Rindu yang Berat! Tapi Menjadi Suporter Klub Sepak Bola


Sungguh betapa bahagianya saya saat wasit meniupkan peluit panjang. Menyudahi pertandingan panjang nan panas dengan drama 7 menit pertambahan waktu antara Indonesia VS Uni Emirat Arab. Sungguh pertandingan yang menegangkan dimana Indonesia hanya dengan 10 pemain tersisa bisa bertahan dari gempuran pemain UEA yang datang bagai ombak (seperti gaya komentator yang sungguh kocak :D).

Sebagai warga Indonesia tentu saya sangat bangga atas prestasi anak muda bangsa yang bisa lolos hingga perempat final. Walau berat tapi mereka berhasil membuktikan bahwa mereka bisa. Garuda muda bisa terbang diantara para raksasa.

Sepakbola adalah olahraga yang benar-benar hebat. Bisa mempersatukan bangsa. Demi mendukung timnas, para fans militan melebur satu menjadi merah. Merah yang menutupi sebagian besar tribun Gelora Bung Karno. Andai pemandangan itu bisa kita lihat di setiap pertandingan liga 1 Indonesia. Suporter mendukung tim kesayangannya dengan antusias tanpa adanya kericuhan. Sepakbola adlaah olahraga yang menyatukan, seharusnya, bukan malah mematikan. Semoga insiden kemaren menjadi yang terakhir dan tak akan terulang lagi.

Saya mau bercerita sedikit, di akhir pertandingan para pemain UEA nampak kesal dengan permainan Indonesia yang seperti mendelay pertandingan. Mudah jatuh, dan terkesan mengulur waktu. Ya, hal itu memang salah satu trik dalam sepak bola, terlebih bagi tim yang unggul. Tentu menit-menit tambahan waktu akan terasa begitu cepat bagi tim yang tertinggal, dan terasa begitu lambat bagi tim yang sedang unggul. Tapi walau bermain dengan tempo lambat, Garuda muda bisa memberikan beberapa tekanan yang cukup membuat barisan belakang UEA ketar-ketir.

Andai Indonesia berada di kondisi tertinggal, tentu tim kita akan tertekan dan berpikir keras bagaimana caranya keluar dari situasi tersebut di tengah waktu pertandingan yang sudah hampir habis. Kita sebagai penonton mungki juga bakalan ikut baper, ada yang merapal doa, ada yang memisuhi wasit, ada yang harap-harap cemas. Jujur kalian pasti pernah merasakannya. Saya sendiri juga pernah merasakannya, saat dimana timnas berada dalam ketertinggalan dan tim musuh malah mengulur waktu. Kesel tau rasanya :" dan kadang saya terbawa emosi sendiri menyaksikannya

Wujud syukur pemain timnas setelah berhasil memastikan lolos ke perempat final AFC U-19


Menjadi seorang suporter itu bukanlah hal yang mudah. Kita harus kuat hati menerima hasil akhir di setiap pertandingan. Bisa buah manis kemenangan, bisa juga pahitnya kekalahan yang kita bawa pulang. 

Pernahkah kita berpikir, saat tim kesayangan kita menang, ada orang yang sedih atas kekalahan tim kesayangan mereka? pernahkah kita berpikir perasaan suporter suatu negara yang haru menerima kekalahan?

Saya sendiri pernah mengalaminya, saat Indonesia melawan Palestina di Asian Games kemarin. Dalam otak saya, yang saya pikirkan adalah perasaan mereka para pendukung Palestina jika tim kesayangan mereka harus pulang dengan kekalahan. Jujur saat itu saya tidak memikirkan Indonesia. yang dalam fokus saya adalah Palestina. Negaranya sudah melarat, masih harus pulang dengan kekalahan pula

Pertandingan lain yang cukup menyita emosi adalah saat bertanding melawan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, betapa kasihan saya saat pendukung yang rela datang jauh-jauh hanya untuk menyaksikan klub tercinta mereka bertanding. Perjuangan mereka mengantri tiket. Perjalanan mereka dari rumah mereka menuju venue pertandingan. Semuanya berkelebat, terlebih kemarin aksi pengeroyokan suporter bola lokal yang sampai menewaskan salah satu suporter.

Kalau kalian bilang rindu itu berat, sadarlah ada banyak hal lain yangjauh lebih berat! salah satunya ya menjadi suporter ini. Kita harus legawa menerima hasil akhir. Baik menang maupun kalah. Baik pahit maupun manis kita harus menerimanya dengan hati terbuka. Namanya juga kompetisi, pasti ada yang kalah, ada pula yang menang. Semua itu hanya soal klasemen, poin klub, dan permainan. 

Lantas apakah kalian menjadi suporter karena klub itu menjadi pemuncak klasemen? karena selalu mendapat untung dari taruhan atas klub tersebut? maka jangan sebut diri kalian suporter bola jika itu alasan kalian.

Menjadi suporter berarti kita mendukung sepenuhnya klub yang kita bela. Walau hanya dari tribun, walau teriakan atau yel-yel kita tak terdengar karena suara yang sudah mulai serak. Tapi sikap kita sebagai suporter yang menjaga nama baik klub kita juga merupakan dukungan moral yang secara tidak langsung mempengaruhi klub kesayangan kita.

Rivalitas memang ada! tapi rivalitas itu hanya saat bertanding, diluar lapangan kita semua bersaudara, lepaskan atribut kita, lepaskan bendera kita! kita semua saudara, kita semua sama. Kita manusia, kita warga Indonesia! satu hal yang harus kita pahami, RIVAL is not ENEMY.

Jangan pernah bawa rivalitas kita keluar lapangan. Karena kita hidup bukan untuk mencari musuh. Kita hidup untuk saling membantu satu sama lain. Semoga bukan hanya saat timnas bertanding kita bisa bersatu, tapi di setiap pertandingan, di setiap perlombaan, kita bisa menjadi suporter yang damai, yang loyal tapi tidak rusuh!

Sepabola adalah olahraga ajaib yang bisa menyatukan kita, jangan nodai hal itu dengan tawuran dan hal buruk lainnya. Menjadi suporter memang berat, tapi kita harus menerima dengan lapang dada hasil akhir dari setiap pertandingan. Bola itu bundar dan semua hal bisa terjadi dalam sepakbola

Selamat untuk Indonesia, Selamat untuk seluruh suporter di seantero Indonesia, Nusantara tercintaku 

_________
Sumber gambar :
pixabay.com
Surabaya.tribunnews.com








0 Komentar

Anda bebas berkomentar selama tidak mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI. Selamat berbagi pendapat dan berdiskusi di kolom komentar ini.

Orang baik berkomentar dengan baik.
Jadilah komentator yang baik.