Apakah Tilang bisa meminimalisir Kecelakaan?



Pertama-tama saya ingin mengatakan bahwa tulisan ini murni karena saya emosi setelah ditilang oleh kepolisian resort Situbondo. Ya, saat itu saya sedang terburu-buru, dan saya memang masih belum memiliki SIM. Nah, karena waktu yang sudah hampir serta kecerobohan saya, akhirnya saya pun harus rela Ditilang.

Pada dasarnya, saya memang salah karena tidak berkendara dengan surat yang lengkap. Nah, fokus tulisan saya ini bukan tentang gundah gulana saya karena tertilang. Tapi lebih kepada, apakah dengan adanya Tilang, hal ini bisa meminimalisir angka kecelakaan lalu lintas?

Jawabannya iya, tapi tidak secara garis besar benar-benar meminimalisir kecelakaan. Pertanyaannya, jika seseorang menjadi korban kecelakaan, surat-surat itu untuk apa? Bukti pengenal? Bukti bahwa si TS mahir mengemudi? Lo kok masih kecelakaan?

Sebenarnya kecelakaan itu bersumber dari banyak faktor, kecerobohan, keteledoran, dan banyak faktor lainnya. Salah satu faktor memang pengendara yang tidak mengenakan atribut lengkap. Seperti helm, spion, dll. Nah saya kemaren ditilang karena tidak punya SIM, walhasil STNK harus saya relakan berada tidak nltangan kepolisian. Tak apalah itu murni kelalaian saya. Tapi mari kita bicara tentang kecelakaan.

Di desa, banyak anak kecil yang sudah diajari main sepeda sejak kecil dengan beberapa alasan. Membantu orang tuanya, bisa pergi sekolah sendiri, serta beragam keperluan lain yang membutuhkan keahlian berkendara. Nah, sesempit pengetahuan saya, hal inilah yang menyumbang banyak kepada kecelakaan. Kalau dipikir, mungkin lebih baik menumbuhkan kesadaran berkendara dari bawah. Jujur, selama saya hidup saya tidak pernah melihat ada polisi yang melakukan operasi kendaraan di desa. Polisi terkesan ogah. 

Kenapa saya bilang seperti di atas? Karena saya sendiri mengalaminya. Contoh singkat sih di daerah rumah saya. Ada sebuah kecamatan, namanya Sumbermalang. Letaknya berada di atas bukit. Seumur hidup saya naik turun Sumbermalang-Besuki tidak pernah ada yang namanya operasi kendaraan. Padahal kecamatan sumbermalang punya kantor polisi. Mungkin inilah yang menimbulkan stigma bahwa gaya berkendara orang gunung itu terkesan ekstrem.

Selanjutnya, operasi atau razia hanya dilakukan di kota kecamatan atau kota kabupaten. Efektif? Saya rasa tidak terlalu, kadang ada yang lewat jalan tikus, ada yang bisa lewat begitu saja. Bahkan ada yang berhenti dan menunggu razia selesai.  Efektifkah Razia? Terlebih hal ini menimbulkan rasa benci dari masyarakat. Sumpah mereka bukan taat atau takut, malah benci. Saya pun begitu,  tapi ya saya harus legowo. Saya salah dan harus menerima kesalahan saya dengan ditilang.
Faktor lain, membuat SIM itu perlu biaya, tidak seperti KTP yang di gratiskan biayanya. Pertanyaannya, orang yang ditilang itu pasti membayar denda. Lah, uang itu larinya kemana? Jalan? Masih banyak yang bolong bung, lah kenapa GK digratiskan saja, seperti KTP. Untuk gaji aparat? Lah uang pajak lari kemana? Mugkin jika layanan publik serta pembikinan SIM di gratiskan mugkin banyak orang akan antusias melengkapi surat-surat berkendaranya.

Untuk menyadarkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat mungkin dengan menggratiskan ongkos bikin KTP dan surat-surat berkendara kesadaran berkendara akan meningkat. Sekedar guyonan.

"Untuk jadi polisi kita harus melewati serangkaian tes, tes kesehatan, tes fisik dll. Tapi setelah jadi polisi kok ya gemuk-gemuk? Apa makan uang (isi sendiri 😂😂😂)"

Well. Itu hanya guyonan ya.. jangan lah dianggap serius 😊

Itu pemikiran yang ada dalam pemikiran saya. Pengelolaan dana dioptimalkan. Penyuluhan juga digalakkan, bukan razianya. Kalau hanya Razia tanpa penyuluhan, adanya rasa benci bukan rasa patuh. Adanya keinginan untuk kembangkan bukan menurut.

Nah, mari nyantai sekarang 😊 kalian pernah ditilang? Apa yang kalian rasakan? Kesal? Benci? Atau takut? Silahkan tumpahkan keluh kesah kalian dan pandangan kalian tentang razia kendaraan! Silahkan berkomentar dengan bebas, silahkan ekspresikan ide kalian 😊

Jadi, pak polisi yang terhormat, saya bukan kesel cuman ya hanya ingin menyampaikan keluhan saya.

0 Komentar

Anda bebas berkomentar selama tidak mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI. Selamat berbagi pendapat dan berdiskusi di kolom komentar ini.

Orang baik berkomentar dengan baik.
Jadilah komentator yang baik.