![]() |
Masyarakat santap bareng nasi Mauludan |
![]() |
Nasi Bingkisan Mauludan |
![]() |
Muslimat juga ikutan |
Panulis
berdomisili di sebuah desa kecil di kota Situbondo. Di wilayah Situbondo (cek
google maps, untuk detail nya, heheh e:D) perayaan Maulid dilaksanakan tepat
malam hari sebelum tanggal 12 Rabiul awal, ada juga yang merayakn tepat tanggal
12 Rabiul Awal, baik pagi, siang maupun sore hari. Bahkan ada juga yang
merayakannya setelah tanggal 13, tergantung masyarakat dan pengurus ta’mir
masjidnya. Bungkusan acaranya sih biasanya berisi sambutan serta cerama agama
bermateri keutamaan perayaan Maulid Nabi. Well mari simak kisah penulis saat
perayaan maulid tadi malam.
![]() |
Group Qosidah beraksi |
![]() |
Masyarakat melaksanakan Sholawat Qiyam |
Malam
itu
Masjid sudah ramai. Santri
putra-dan putri telah berkumpul (dirumah saya ada yayasan, jadi ada santrinya).
Lagu qosidah berdentang ditelinga, dilantunkan dengan indah oleh santri putri
diiringi tabuhan hadrah yang renyah oleh kelompok santri putra. Segera saya
menuju masjid lalu mengumpulkan bingkisan saya dengan bingkisan-bingkisan lain
yang telah terkumpul di tengah ruangan masjid. Tak berselang lama, acara
dimulai. Pembawa acara memberi salam, basa basi lalu membacakan susunan acara
1.
Pembukaan
2.
Pembacaan ayat suci
Al-Qur’an
3.
Sambutan
4.
Ceramah agama
5.
Doa-penutup
Well, satu persatu acara berjalan
lancar, doa pun dibaca dengan khidmat. Tepat setelah doa selesai dibacakan,
kerumunan masyarakat pun kocar-kacir mengambil bingkisan yang terkumpul di
tengah. Wauih, kayak orang rebutan sembako (hehhehe :D) saya pun juga ikut
berebut. Takut tidak kebagian.
![]() |
Masyarakat sekitar sedang berebut bingkisan |
![]() |
Muslimat juga rebutan lhooo |
Setelah itu, para masyarakat pun
menyantap bareng nasi Maulidan (bagi yang dapat nasi, bagi yang dapat buah-buah
an, ya bisa dibawa pulang, hehehhe :D)setelah nasi habis, masyarakat pun
bersalaman dan pulang satu-persatu. Itulah tradisi di rumah saya, kebanyakan
masyarakat membawa nasi kuning sebagai bingkisan, dikumpulkan lalu disantap
bersama seusai acara.
Didaerah lain, adatnya berbeda
pula. Ada yang bingkisannya dikumpulkan ditengah. Ada beberapa orang yang
bertugas membungkus bingkisan secara rata kedalam bungkusan kresek secara rata,
setelah itu dibagikan keseluruh masyarakat yang hadir, baru acara dimulai dengan pembukaan – pembacaan ayat
suci Al-Qur’an - sambutan – lalu doa dan penutup, masyarakat pun pulang dengan
damai tanpa berebut berkhat / bingkisan.
Terlepas dari itu semua, perayaan
Maulid Nabi Muhammad SAW memiliki banyak moral value / nilai
moral yang tersirat. Mulai dari kebersamaan, silaturahmi, dan masih banyak
lagi. Kita diajarkan menyisihkan uang kita untuk bingkisan, lalu kita pasrahkan
di tengah masjid lalu pulang membawa bingkisan yang berbeda dengan ikhlas, juga
dengan senang hati kita makan bareng nasi maulidan, walaupun sedikit tapi tetap
mengenyangkan.
Inti dari perayaan Maulid Nabi
bukan soal bingkisan siapa yang paling mahal, tapi mau tidaknya kita bersilaturahmi,
menengok saudara seiman kita? Maukan kita menyisihkan waktu mengingat nabi
kita, oahlawan kita, panutan kita. Terlepas dari bagaimana perayaannya dan
bagaimana adatnya, intinya tetap silaturahmi. Jadi sering-seringlah menengok
kebelakang, menengok saudara kita yang tidak mampu, yang lemah.mari maknai
Maulid nabi tahun ini sebagai hari untuk menjadi lebih baik, tidak hanya
sebagai hari libur yang ditandai sebagai tanggal merah di kalender. Happy
Monday. Salam hangat
0 Komentar
Anda bebas berkomentar selama tidak mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI. Selamat berbagi pendapat dan berdiskusi di kolom komentar ini.
EmojiOrang baik berkomentar dengan baik.
Jadilah komentator yang baik.