![]() |
Courtesy: Google.com |
“Perjuanganku lebih mudah,
karena aku mengusir penjajah sedangkan engkau melawan bangsa sendiri!”
–Ir. Soekarno
Ungkapan proklamator kita tersebut diatas sangatlah relevan untuk menggambarkan dinamika bangsa Indonesia era kini. Semangat persatuan mulai luntur. Lawan kita bukan lagi penjajah, tapi bangsa sendiri yang
berselisih pandang dengan kita. Sudah terlalu sering media mengabarkan kita tentang kasus tawuran antar pelajar,
kericuhan antar suku dan kekerasan yang mengatasnamakan SARA. Sungguh ironi, Negara yang 71 tahun yang lalu dideklarasikan medeka dengan kekuatan persatuanya kini berubah menjadi individualis yang
hanya mementingkan kepentingan masing-masing.
Ungkapan tesebut diatas patut kita renungkan dalam-dalam karena sesungguhnya problematika nyata yang kita hadapi adalah tidak singkronnnya elemen bangsa ini. Yang
pusat bertikai dengan yang daerah, yang daerah menyalahkan
yang pusat, tak ada yang mau mengalah, setiap pihak punya argument
pembenarannya masing-masing.
Sungguh ironi, karena bangsa yang besar harus memiliki visi yang jelas,
tujuan yang nyata guna diraih bersama-sama. Lihatlah kisah sukses lee kuan yew
merevolusi singapura yang notabene
Negara dengan luas tak lebih dari separuh nusantara, dalam waktu singkat mampu berevolusi menjadi Negara maju khususnya dikawasan asia tenggara.
Hal tersebut tak lepas dari semangat pesatuan yang dikoarkan oleh
lee kuan yew guna bersama-sama mencipta singapura yang lebih baik.
Sudahkah kita medeka? Tidak, itu hanya deklarasi tapi sebenarnya secara implisit kita (bisa dibilang) masih dijajah oleh Negara lain. Betapa bodohnya kita, disaat Negara kita sedang gaduh karena saling tusuk satu sama
lain pihak asing memanfaatkan moment tersebut untuk menanamkan identitas mereka di Indonesia. Contohnya,
dimana-mana produk made in china
mudah ditemui dimana-mana. Mulai dari barang elektronik hingga alat tulis dibuat
Negara asing, mungkin hanya kopi pinggir jalan
yang sampai sekarang masih 100% butan Indonesia. Sungguh ironi.
Sebenarnya,
Negara kita mempunyai potensi menjadi Negara besar, seperti apa yang diungkapkan HaryTanoe bahwa kita masih memiliki banyak sumber daya alam dan tenaga kerja yang melimpah, sedangkan China dan eropa mulai menua, 70% populasi di Indonesia adalah generasi produktif yang berumur dibawah
40 tahun. Sungguh fakta yang
mengejutkan, dan jikalau kita mampu memanfaatkannya dengan cerdas niscaya Indonesia akan menjadi salah satu Negara yang
diperhitungkan di kancah dunia.
Maka dari itu, momen hari pahlawan
kali ini haruslah diisi dengan semangat perubahan guna menjadi lebih baik.Tak hanya diisi dengan peringatan memperingati jasa para pahlawan, tapi kita harus berjuang memajukan bangsa kita. Karena zaman ini adalah zaman
global dimana segala sesuatu terhubung dan hukum rimba tak lagi berlaku tapi yang cepat kini melindas yang lambat, maka oleh karena itu kita tak boleh terlalu lama terpaku melakukan hal yang tak bermanfaat dan terpecah menjadi beberapa golongan tapi kita harus segera bertindak dan bersatu untuk Indonesia yang lebih baik kedepannya.
Penulis percaya dengan berjuang memajukan bangsa para pahlawan akan tersenyum dialam sana melihat kegigihan kita yang terus berjuang walau tak lagi melawan penjajah tapi melawan bangsanya sendiri.
Hemat penulis, ada beberapa hal yang patut ditanamkan kepada generasi muda agar nantinya memiliki daya saing dan
mental baja untuk bersaing dengan Negara lain kelak.
Hal pertama yang harus ditanamkan adalah semangat toleransi, menerima perbedaan. Dengan memiliki semangat toleransi yang
tinggi kita mampu berjalan beriringan mengesampingkan unsur
SARA dan begerak bersama memajukan bangsa. Semangat toleransi ini bisa ditanamkan dengan mengenalkan kekayaan bangsa kepada generasi muda agar mereka tahu betapa kayanya
Negara kita dan juga dengan memberikan wawasan tentang sejarah merdekanya bangsa yang diraih dengan keringat banyak golongan
yang bersatu mengesampingkan kepentingan individu dan bersatu meraih kemerdekaan bangsa 71 tahun yang lalu.
Hal kedua yang harus ditanamkan adalah semangat persatuan. Seperti yang
telah penulis paparkan sebelumnya,
sebagai Negara besar kita harus berjalan beriringan mengesampingkan kepentingan individu dan kelompok demi
kemajuan bangsa kita kedepannyya. Dengan semangat pesatuan yang dijunjung tinggi, seluruh aspek di Negara ini akan berproses, begerak dan berjalan beriringan guna mewujudkan mimpi bersama Negara ini yakni untuk menjadi lebih baik.
Akhirul kalam, sebagai penutup, izinkan penulis mencuplik puisi seorang Sapardi Djoko Damono yang dengan begitu indahnya mengilustrasikan betapa powerfullnya persatuan dan toleransi
Berjalan kebarat waktu pagi hari
Waktu aku berjalan kebarat
di waktu pagi matahari
Mengikuti di
belakang
Aku berjalan mengikuti
bayang-bayang sendiri yang
Memanjang didepan
Aku dan matahri tidak bertengkar tentang siapa diantara
Kami yang telah menciptakan
bayang-bayang
Aku dan
bayang-bayang tidak bertengkar tentang siapa
di
Antara kami yang
harus berjalan didepan
Wallahua’lambisshawab
0 Komentar
Anda bebas berkomentar selama tidak mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI. Selamat berbagi pendapat dan berdiskusi di kolom komentar ini.
EmojiOrang baik berkomentar dengan baik.
Jadilah komentator yang baik.