Dalam buku sadar kaya, Mardigu WP
menerangkan dalam salah satu bab nya tentang hubungan sebuah peristiwa dan
munculnya istilah atau bahasa. Contoh sederhananya adalah kata selfie yang
muncul pada 2013, kata tersebut muncul setelah banyak orang berbondong-bondong
berfoto dengan gadget mereka. Setelah itu pada 2015 muncullah kata wefie yang
mendiskripsikan orang-orang yang berfoto bersama. Oleh karena itu, kemunculan
suatu bahasa atau istilah tak bias jauh dari latar belakang peristiwa yang
memunculkan kata tersebut.
Hal
ini patut dicermati, karena secara tidak langsung berdampak kepada kehidupan
social. Saya beri contoh sederhana. Kata kaya hanya berhenti di kata kaya. Tak
ada istilah untuk orang yang sangat-sangat kaya. Kenapa itu tejadi? Karena di
Negara kita belum ada peristiwa doimana masyarakatnya benar-benar sangat kaya.
Tak seperti China yang mengenal istilah taipan, Amerika yang memiliki istilah
tycoon, sugar baron (pengusaha gula) dan masih banyak lainnya.
Terlebih
lagi bahasa Indonesia bisa digolongkan sebagai bahasa yang miskin, tak seperti
bahasa inggris atau bahasa internasional lainnya yang terus dinamis mengikuti
perkembangan jaman. Tak bias dipungkiri
bahwa pusat bahasa Negara kita bias dibilang lamban dalam menyerap peristiwa
yang terjadi lalu merumuskannya menjadi bahasa yang baku yang dibukukan di
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Itulah yang membuat banyak sastrawan yang
bersuara melalui karya-karya mereka, seperti seorang Dee Lestari yang
mengkampanyekan pembaharuan bahasa Indonesia melalui karya-karya nya seperti
dalam serial Supernova.
Hemat
penulis, pembaharuan bahasa sangatlah penting guna menyokong system pendidikan.
Karena secara tidak langsung bahasa merupakan alat komunikasi social
masyarakat. Maka dengan semakin kayanya bahasa kita, maka semakin muudahlah
masyarakat berkomunikasi.
Sebenarnya
bahasa Indonesia memiliki kemungkinan
untuk menjadi bahasa internasional. Karena anak-anak bangsa tersebar di
berbagai penjuru dunia ini, tak lain adalah sebab dari episode sejarah
penjajahan belanda yang menyebabkan banyak pribumi di deportasi dan diasingkan ke
luar negeri dan akhirnya memilih untuk menetap. Aalasan lain adalah bahasa
Indonesia juga sudah diajarkan di beberapa Negara tetangga sebagai mata
pelajharan bahasa asing.
Lebih
jauh lagi, menatap perkembangan ekonoi Indonesia yang terus menanjak, tak
menutup kemungkinan Indonesia menjadi salah satu poros ekonomi dunia di masa
yang akan dating. Maka saat dating kala itu, kita tak usah malu lagi berbahasa
Indonesia, suarakan dengan lantang bahasa ibu kita. Bahasa yang mempersatukan
kita.
Sebagai
penutup, setidaknya harus ada tindak lanjut baik dari pemerintah maupun
masyarakat serta seluruh komponen pendukung. Penyerapan dan pembaharuan bahasa
patutlah digaungkan kembali. Setiap peristiwa patut di perhatikan. Dan
pelestarian bahasa Indonesia yang baik dan benar haruslah tetap menjadi
prioritas utama. Karena akhir-akhir ini ada peristiwa yang mereduksi perhatian
masyarakat yakni kasus penipuan yang diotaki oleh ketua padepokan taat pribadi.
Jadi kita lihat saja akankah muncul istilah baru atau kita tetap berjalan
ditempat. Wallahua’lam bisshawab
0 Komentar
Anda bebas berkomentar selama tidak mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI. Selamat berbagi pendapat dan berdiskusi di kolom komentar ini.
EmojiOrang baik berkomentar dengan baik.
Jadilah komentator yang baik.