Disukai ataupun tidak, kebahagiaan kita sangat amat dipengaruhi oleh harapan serta ekspektasi yang kita tetapkan. Semakin tinggi dan semakin tidak masuk akal harapan kita, semakin berat pula tekanan mental untuk menjadi sukses.
Tanpa sadar, tekanan itu membuat kita sering lupa atas kenikmatan yang kita rasakan setiap hari. Kufur nikmat, begitu mungkin bahasanya.
Karena bahagia adalah mekanisme yang bekerja ketika mencapai suatu harapan. Tatkala harapan itu berhasil kita capai, maka otak kita akan memasok sinyal kebahagiaan. Mempengaruhi seluruh tubuh, membuat mood menyala seharian.
Sebaliknya, jika harapan kita amat tinggi dan tak masuk akal, proses mencapai harapan akan menjadi sangat berat. Alhasil, ketika harapan itu tak kunjung bisa kita capai, kelelahan mental dan emosional yang menjadi hasil akhirnya.
Mari Merayakan Apapun, Sekecil-kecilnya
Benarkah? Sekecil apapun itu memang sepatutnya kita rayakan. Namun, perayaan itu sangat dipengaruhi oleh ekspektasi harapan kita. Semakin sederhana ekspektasi kita, semakin mudah pula merayakan pencapaian kecil itu.
Faktanya, mengatur ekspektasi adalah hal paling mudah yang bisa kita lakukan, tetapi juga hal paling sulit di saat bersamaan.
Sebut saja kita mengikuti kompetisi perlombaan, semakin tinggi ekspektasi kita menjadi juara, semakin berat pula usaha dan tekanan mental kita dapatkan. Namun, jika kita tetap berusaha semaksimal mungkin dengan ekspektasi sederhana, meskipun hanya juara 3 maupun harapan, rasa bahagia itu akan benar-benar terasa.
Mari gunakan contoh lain. Pernikahan. Menikah tidak sesederhana itu? Kata siapa. Menikah itu sederhana. Saling mencintai dan membantu satu sama lain tanpa ada harapan berlebihan. Maka, di setiap hal romantis kecil yang dilakukan, di setiap piring nasi yang dimasak dengan ketulusan, ada rasa bersyukur dan kebahagiaan.
Bandingkan dengan pernikahan yang penuh dengan harapan dan kepentingan? Hal-hal romantis kecil pasti tidak akan terasa. Bukan karena pasangan tidak memiliki kepekaan, tapi harapan yang terlalu tinggi hingga membuat tumpul kepekaan.
Jadi, menjadi bahagia itu sederhana. Secangkir kopi di pagi hari dengan aroma khas untuk menghadapi segala macam tantangan dan ujian yang akan datang. Sesederhana itu. Sesederhana mengatur harapan kita tanpa melebihi kemampuan kita sendiri.
0 Komentar
Anda bebas berkomentar selama tidak mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI. Selamat berbagi pendapat dan berdiskusi di kolom komentar ini.
Orang baik berkomentar dengan baik.
Jadilah komentator yang baik.