Asumsi Dasar Teori Ilmiah? Apa, Dimana, dan Bagaimana Cara Menyusunnya!

asumsi dasar teori ilmiah

“Mas, nanti pertanyaan penelitian, rumusan masalah, dan tujuan penelitian disesuaikan dengan asumsi dasar teori yang dipakai, ya!" Begitulah, Dosen pembimbing saya memberi arahan atas naskah tugas akhir saya.


Jujur, awalnya cukup kebingungan. Asumsi dasar itu apa? Apakah bisa di searching secara mudah melalui google? Atau harus melalui pembacaan menyeluruh terhadap suatu naskah?

Dari hasil penelusuran di internet, Asumsi dasar adalah anggapan yang dijadikan landasan awal untuk berpikir, berargumen, atau melakukan sesuatu, karena dianggap benar dan belum tentu terbukti secara faktual. Asumsi dasar berfungsi sebagai fondasi atau titik awal, seperti dalam penelitian, teori, atau laporan keuangan.

Membingungkan, kan? Saya pun merasa kebingungan juga pada awalnya. Sebelum akhirnya mendapat pencerahan dan memahami apa itu asumsi dasar.

Jadi, sederhananya tuh begini. Asumsi dasar = anggapan awal. Artinya, belum tentu 100% benar dan berasal dari pemahaman kita.

Asumsi Dasar BERASAL DARI PEMAHAMAN KITA


Cara paling sederhana memahami asumsi dasar adalah seperti hipotesis penelitian kuantitatif. Sampai di sini kalian tentu mulai paham, kan. Apa itu asumsi dasar? Lalu, kenapa harus dijelaskan panjang lebar dulu? Agar pemahaman kita menyeluruh dan tidak separuh-separuh.

Seperti hipotesis, asumsi dasar teori adalah penilaian kita terhadap sebuah teori yang bisa benar, bisa juga salah.

Mari gunakan contoh nyata dalam penjelasan berikut.

Sebut saja kita punya judul penelitian kualitatif seperti “Analisis Resepsi Stuart Hall dalam Pelaksanaan Pembelajaran Online.” Artinya, kita menggunakan Teori Resepsi (Encoding–Decoding) Stuart Hall, maka asumsi dasarnya harus berangkat dari cara pandang teori tersebut. 

Asumsi dasar adalah anggapan awal yang kamu jadikan pijakan sebelum analisis, dan anggapan ini dianggap masuk akal meskipun belum dibuktikan.

Berbekal pemahaman itu, saya kemudian merumuskan beberapa asumsi dasar teori resepsi Stuart Hall berdasarkan pemahaman saya. Hasilnya adalah sebagai berikut:

1. Pesan dari guru/dosen tidak diterima siswa secara sama


Asumsinya:

Setiap siswa menafsirkan informasi atau materi pembelajaran online dengan cara yang berbeda-beda.

Kenapa?

Karena setiap orang punya pengalaman, kemampuan, teknologi, situasi rumah, dan pemahaman yang berbeda.

2. Guru/dosen sebagai pengirim pesan (encoder) membungkus materi dengan maksud tertentu


Asumsinya:

Materi yang dibuat guru (video, voice note, PPT, modul) selalu punya maksud, pesan, dan cara penyampaian khusus yang ingin “dikodekan” kepada siswa.

3. Siswa sebagai penerima pesan (decoder) bisa menerima pesan secara dominan, negosiasi, atau oposisi


Asumsinya:

Dalam pembelajaran online, siswa tidak selalu menerima materi “persis seperti yang dimaksud” guru. Ada yang langsung menerima, ada yang menerima sebagian, ada yang menolak atau tidak paham.

Ini sesuai tiga posisi decoding Hall:

  • Dominan (setuju dan menerima penuh)
  • Negosiasi (setuju sebagian, menyesuaikan dengan kondisi)
  • Oposisi (tidak setuju, menolak, atau salah paham)

4. Teknologi memengaruhi cara siswa menginterpretasi pesan


Asumsinya:

Kualitas sinyal, perangkat, aplikasi, dan literasi digital ikut menentukan bagaimana siswa memahami materi.

Misalnya:

Sinyal jelek → video patah-patah → pemahaman berubah.

5. Tidak ada pesan yang “netral” dalam pembelajaran


Asumsinya:

Setiap materi pembelajaran selalu dipengaruhi nilai, pengalaman, dan cara pandang guru. Jadi pesan yang dikodekan memang sudah membawa “sudut pandang tertentu”.

6. Konteks sosial siswa memengaruhi hasil resepsi


Asumsinya:

Latar belakang keluarga, budaya belajar, tekanan tugas, dan lingkungan rumah saat belajar online akan membentuk cara mereka menafsirkan materi.

Penelitian ini berasumsi bahwa dalam pembelajaran online, guru sebagai encoder mengirimkan pesan pembelajaran yang dikodekan melalui berbagai media digital. Pesan tersebut tidak diterima secara seragam oleh siswa, karena setiap siswa melakukan proses decoding sesuai pengalaman, kondisi belajar, latar belakang sosial, serta situasi teknologinya. Oleh karena itu, pemahaman siswa dapat jatuh pada posisi dominan, negosiasi, atau oposisi sebagaimana dijelaskan dalam teori resepsi Stuart Hall.

Apakah Asumsi Dasar Harus Banyak?


asumsi dasar teori ilmiah

Gak juga, seperti disebutkan di awal, asumsi dasar berasal dari pemahaman kita. Jadi, bisa banyak, bisa juga sedikit. Sesuai dengan pemahaman kita terhadap teori itu. Dan, tidak harus selalu benar.

Lalu, apakah Asumsi Dasar bisa dicari di Internet?


Tentu, bisa. Untuk beberapa teori yang sangat populer dan banyak digunakan dalam penelitian, asumsi dasar teorinya dapat dengan mudah kita temukan. Namun, dalam beberapa teori yang tidak populer, asumsi dasarnya akan sedikit sulit kita temukan. Atau, kita mau tidak mau harus menganalisis sendiri asumsi dasar dari teori tersebut.

Bagaimana Cara Menemukan Asumsi Dasar Sebuah Teori?


Menemukan atau menganalisis asumsi dasar sebuah teori itu sebenarnya mirip seperti mencari “pondasi tersembunyi” dari cara teori itu memandang dunia. Asumsi dasar tidak selalu ditulis secara eksplisit oleh pencetus teori, tapi bisa ditemukan lewat cara teori itu bekerja.

Berikut cara paling mudah dan praktis untuk menemukan asumsi dasar sebuah teori.

1. Baca apa yang dianggap pasti benar oleh teori


Setiap teori selalu menganggap beberapa hal sebagai “kebenaran awal” tanpa perlu pembuktian di dalam teorinya.

Caranya:

  • Cari pernyataan yang diulang-ulang
  • Cari bagian yang tidak diperdebatkan oleh teori
  • Lihat apa yang dianggap sudah pasti

Contoh:

Dalam teori Komunikasi, komunikasi dianggap sebagai proses penyampaian makna → ini asumsi dasar.

2. Lihat cara teori memandang manusia, masyarakat, dan realitas


Setiap teori punya “worldview” atau cara pandang tertentu. Worldview ini bisa diamati melalui beberapa pertanyaan.

Tanyakan:

  • Apakah manusia dianggap aktif atau pasif?
  • Apakah makna dianggap tetap atau berubah?
  • Apakah realitas sosial dianggap netral atau dibentuk oleh kekuasaan?

Contoh pada Stuart Hall:

Makna tidak tetap → selalu ditafsirkan → ini asumsi dasar.

3. Cari hubungan sebab-akibat yang diasumsikan


Teori selalu punya logika dasar: “Jika A, maka B.”

Tanyakan:

  • Apa yang dianggap menyebabkan sesuatu?
  • Apa yang dianggap muncul sebagai akibat?

Contoh:

Jika pesan dikodekan dengan nilai tertentu (A), maka penerima akan menafsirkannya berdasarkan konteks sosial (B).

4. Lihat konteks sejarah teori tersebut


Teori biasanya lahir karena merespon masalah tertentu pada zaman tertentu.

Tanyakan:

  • Teori ini muncul untuk menjawab masalah apa?
  • Apa kondisi sosial-budaya yang memengaruhi pembuat teori?
  • Ini membantumu memahami asumsi dasar yang tidak tertulis, tetapi melekat.

Contoh:

Teori Resepsi Hall muncul di era media massa yang dianggap tidak netral → asumsi dasarnya: komunikasi dipengaruhi kekuasaan.

5. Lihat konsep inti teori


Dari konsep inti teori, biasanya bisa ditarik asumsi dasarnya.

Misalnya:

  • Teori uses and gratification → manusia aktif
  • Teori agenda-setting → media memengaruhi apa yang kita pikirkan
  • Teori resepsi → makna tidak pernah tunggal

Konsep inti = pintu masuk menemukan asumsi dasar.

6. Perhatikan apa yang teori abaikan


Kadang asumsi dasar terlihat dari apa yang tidak dibahas.

Tanyakan:

  • Apa yang dianggap tidak penting oleh teori ini?
  • Apa yang sengaja diabaikan?

Contoh:

Hall tidak memfokuskan pada keakuratan pesan, tetapi pada interpretasi → berarti asumsi dasarnya: interpretasi lebih penting daripada pesan asli.

7. Susun menjadi pernyataan asumsi dasar


Setelah mengumpulkan poin-poin tadi, susun menjadi kalimat yang menggambarkan “anggapan awal” teori.

Format sederhana:

“Teori ini berasumsi bahwa …”

Contoh Penerapan

Jika kita menerapkan langkah-langkah di atas pada teori Hall, maka asumsi dasarnya mudah muncul:

1. Makna tidak pernah tunggal
2. Penerima pesan aktif
3. Pesan selalu punya ideologi
4. Interpretasi bergantung konteks sosial
5. Penerima bisa setuju, menawar, atau menolak

Itu dia beberapa langkah sederhana untuk menganalisis/menemukan asumsi dasar sebuah teori. Sudah paham atau masih bingung, nih? Yuk ngobrol dan diskusi lebih lanjut di kolom komentar.

0 Komentar

Anda bebas berkomentar selama tidak mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI. Selamat berbagi pendapat dan berdiskusi di kolom komentar ini.

Orang baik berkomentar dengan baik.
Jadilah komentator yang baik.