Kadang, kita cuma butuh satu hal sederhana untuk memutus rutinitas yang membosankan: jalan.
Jalan ke mana aja, asal bukan ke tempat yang itu-itu lagi. Dan begitulah awal mula kenapa aku dan tiga temanku memutuskan buat ke Taman Nasional Meru Betiri.
Tanpa itinerary yang ribet, cuma modal tekad, bensin penuh, dan semangat ngopi di tengah hutan. Iya, kita ke sana hanya untuk menikmati secangkir kopi lalu kemudian putar balik. Pulang. Begitulah memang tatkala laki-laki sedang berkumpul. Ada saja ide aneh yang muncul dan gilanya lagi, kami mewujudkannya. Begitulah, kami pun perjalanan kami menuju Taman Nasional Meru Betiri terwujud.
Tujuan kami jelas: mengejar ketenangan dan ketakjuban di salah satu taman nasional paling "liar" yang ada di Jawa Timur.
Taman Nasional Meru Betiri terkenal karena lanskapnya yang beragam dan sisa-sisa jejak sang harimau Jawa yang melegenda. Meru Betiri bukan sekadar destinasi, tapi sebuah pengalaman penuh kejutan dilengkapi dengan keindahan panorama alam dan kisah seru selama perjalanan.
Perjalanan Seru Menuju Meru Betiri
Sebelum kita cerita tentang perjalanan menuju Meru Betiri dari Situbondo, kita mau ngasih disclaimer terlebih dahulu: Jangan Andalkan Google Maps Sepenuhnya!
Secara geografis, Taman Nasional Meru Betiri membentang di dua kabupaten, Jember dan Banyuwangi. Kawasan konservasi ini memiliki luas lebih dari 52 ribu hektare.
Karena areanya luas banget, kamu bisa masuk dari dua jalur utama: dari arah Jember (lewat Ambulu) atau dari Banyuwangi (lewat Pesanggaran). Kami pilih rute Jember—lebih dekat dari titik start kami di Situbondo.
Dari pusat kota Jember, perjalanan kami ke pos utama di Desa Andongrejo (Ambulu) butuh waktu sekitar 2,5 jam. Jalanan di awal sih mulus, tapi begitu masuk ke area hutan lindung, aspal berubah jadi jalan makadam, berbatu, dan kadang berlumpur kalau musim hujan.
Untungnya, kami naik mobil jenis SUV. Kalau bawa sedan? Wah, mending mikir dua kali.
Buat masuk ke area taman nasional, kami dikenakan tiket masuk sebesar Rp10.000 per orang untuk wisatawan lokal, plus biaya kendaraan Rp10.000. Murah banget untuk ukuran surga tersembunyi.
Oh iya, jika kalian pergi ke Meru Betiri melalui jalur Banyuwangi dan masuk via Pintu Masuk Rajagwesi, kalian akan dikenai tiket masuk berbeda di harga Rp10.000 per orang untuk wisatawan lokal, plus biaya kendaraan Rp10.000.
Ps: Biaya tiket lengkap dan biaya lain-lain bisa kamu cek di gambar di bawah ini, ya.
Menyusuri Keindahan Meru Betiri yang Liar tapi Damai
Begitu masuk kawasan Meru Betiri, perjalanan penuh perjuangan melewati jalan makadam, berbatu, dan kadang berlumpur akan terasa impas berkat pemandangan indah di kawasan hutan lingung ini.
Udara terasa lebih sejuk, suara mesin tergantikan oleh kicauan burung, dan aroma hutan tropis yang khas mulai menggelayuti udara.
Meru Betiri tuh bukan tempat untuk yang cari sinyal 5G atau kopi kekinian. Ini tempat buat kamu yang pengin denger suara alam, ngerasain ketenangan tanpa distraksi.
Kami sempat singgah di beberapa titik menarik, seperti Pantai Rajegwesi, yang jadi spot pemberhentian awal sebelum lanjut ke Teluk Hijau dan Sukamade.
Di Rajegwesi, kami ketemu warga lokal yang ramah, menyuguhkan kelapa muda, dan bercerita tentang perubahan kawasan ini sejak dulu dijadikan suaka margasatwa.
Oh ya, Teluk Hijau alias Green Bay itu surganya fotografer alam. Air lautnya beneran hijau toska, pasirnya putih bersih, dan dikelilingi hutan lebat.
Buat ke sini, kami harus jalan kaki sekitar 1 km dari parkiran, tapi rasanya kayak masuk ke lukisan. Worth every drop of sweat!
Sebelum kelupaan, untuk kalian yang pergi ke Meru Betiri untuk kebutuhan penelitian dan atau pengambilan gambar untuk kebutuhan komersil, terdapat tarif penggunaan yang perlu diurus dan dibayarkan kepada pengelola, ya. Daftar dan biaya lengkapnya juga kita lampirkan, kok!
Misi Rahasia: Mengintip Kehidupan Penyu di Sukamade
Highlight dari perjalanan kami adalah menginap semalam di Sukamade. Ini bukan cuma pantai, tapi rumah bagi penyu-penyu yang datang bertelur tiap malam. Kami nginep di homestay sederhana milik warga dengan biaya sekitar Rp150.000 per malam, include makan malam dan sarapan.
Tapi, tidak semua homestay atau warga menawarkan fasilitas yang sama, ya. Silahkan bertanya dan ngobrol terlebih dahulu dengan warga pemilik rumah atau homestay yang hendak kamu inapi.
Fasilitasnya memang ala kadarnya, tapi pengalaman yang ditawarkan? Wah, luar biasa.
Sekitar pukul 8 malam, kami ikut patroli pantai bareng petugas Balai TN Meru Betiri. Senter kecil di tangan, langkah pelan-pelan di pasir, dan mata menatap gelap.
Kami beruntung malam itu ketemu seekor penyu hijau yang sedang menggali lubang untuk bertelur. Luar biasa melihat bagaimana alam berjalan dengan caranya sendiri. Tanpa suara, tanpa sorotan kamera, tapi begitu magis.
Meru Betiri itu Bukan Sekadar Hutan, Tapi Rumah bagi Ratusan Flora dan Fauna
Meru Betiri bukan cuma soal pantai dan penyu. Kawasan konservasi ini adalah rumah bagi lebih dari 500 jenis tumbuhan dan 325 jenis satwa, termasuk lutung Jawa, kukang, burung merak, dan banteng. Bahkan, dulu taman nasional ini sempat jadi habitat terakhir harimau Jawa sebelum dinyatakan punah.
Meski belum ada bukti terbaru soal keberadaan si belang legendaris itu, warga dan petugas masih menjaga hutan ini seolah sang raja hutan masih ada di balik pepohonan.
Di beberapa titik, kamu bisa melihat jenis tumbuhan endemik seperti bunga padmosari yang langka, atau jejak-jejak bekas aktivitas harimau lewat papan informasi edukatif. Ini tempat yang bukan cuma bikin takjub, tapi juga bikin sadar betapa berharganya alam yang masih terjaga. Ingin berlibur bersama keluarga di Meru Betiri? Pastikan untuk mempersiapkannya sebaik mungkin, ya.
Tips & Trik Bertualang di Meru Betiri
Menikmati keindahan dan kekayaan alam di Taman Nasional Meru Betiri itu seru dan luar biasa banget. Jadi, untuk kalian yang tertarik dan mau berlibur ke Taman Nasional ini, berikut ada beberapa tips yang bisa dipertimbangkan dan dipersiapkan sebelumnya:
- Gunakan kendaraan yang tangguh – Jalurnya menantang, apalagi kalau musim hujan. Minimal naik motor trail atau mobil dengan ground clearance tinggi.
- Bawa bekal makanan dan air – Jangan harap banyak warung. Di beberapa titik seperti Sukamade, hanya ada warung lokal dengan pilihan terbatas.
- Gunakan pakaian outdoor dan sepatu tahan medan – Trekking di sini butuh stamina dan outfit yang nyaman.
- Hormati alam dan satwa – Jangan buang sampah sembarangan dan ikuti arahan petugas, terutama saat ikut patroli penyu.
- Datang di musim kemarau – Akses lebih mudah dan banyak satwa lebih aktif terlihat. Selain itu, di musim kemarau kamu tidak perlu khawatir kendaraanmu terjebak di jalanan berlumpur.
Penutup
Taman Nasional Meru Betiri mungkin bukan pilihan populer seperti Bromo atau Kawah Ijen. Tapi justru di situlah daya tariknya.
Hutan lebat, pantai sunyi, dan kehidupan liar yang masih berdenyut di Meru Betiri adalah pengingat bahwa alam selalu punya ruang buat siapa pun yang mau menghargai dan menjaganya.
Kalau kamu butuh tempat untuk “menepi”, healing dari hiruk-pikuk kota, atau sekadar ingin merasakan bagaimana rasanya jadi tamu di rumah alam yang sesungguhnya, Meru Betiri bisa jadi jawaban terbaikmu.
Karena terkadang, petualangan paling berkesan bukan yang paling mudah dijangkau, tapi yang paling dalam membekas di hati.
0 Komentar
Anda bebas berkomentar selama tidak mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI. Selamat berbagi pendapat dan berdiskusi di kolom komentar ini.
Orang baik berkomentar dengan baik.
Jadilah komentator yang baik.