Saya Ingin Jadi Penulis yang Merdeka


Dengan menulis berarti saya berbagi pengetahuan kepada para pembaca, atau paling tidak berbagii sebuah kebahagiaan bagi pembaca yang terhibur dengan tulisan saya. Tapi akhir-akhir ini saya sempat bimbang.  Memang saya biasa menulis sesuatu setelah membaca beberapa artikel atau buku. Tapi sempat terbersit, apakah hal yang saya tuliskan itu baik dan berdampak baik bagi pembaca.

Tidak ada yang tahu pasti, hingga saya membaca sebuah status seorang blogger yang sudah cukup lama malang melintang di dunia blogging. 

“Menulislah dengan merdeka. Tidak terikat dengan mood. Menulislah dengan merdeka yang artinya kamu bisa menulis dimana saja dan  kapan saja. Karena menulis itu adalah sebuah kebebasan”

Sejenak terbersit, toh saya menulis di blog saya. Dan di negara ini ada kebebasan untuk mengemukakan pendapat. Jadi merupakan sebuah kebebasan bagi saya untuk berpendapat selama tidak merugikan orang lain.

Tapi seiring dengan banjir hoax yang sedang marak, hati saya terasa terpanggil untuk ikut mencerahkan para netizen Indonesia. Seakan sebuah panggilan sebagai wujud dari rasa cinta saya terhadap negara.
Tapi menyuarakan kesadaran membaca dan menulis yang baik dan benar bukanlah suatu hal yang mudah. Melawan topik dan pembahasan yang sedang mainstream dan viral sangatlah sulit dilakukan. Tapi tidak mustahil terjadi.


Faktanya, memang sebagian besar masyarakat lebih tertarik dengan topik ringan dan cenderung wow. Sangat sulit menemukan tulisan serius yang di comment sectionnya disesaki diskusi serius. Yang lumrah adalah berita hoax yang dipenuhi komentar tidak jelas yang ujung-ujungnya pertikaian atau hal-hal negatif lainnya.

Melihat hal tersebut, terbersit keinginan untuk menjadi seorang penulis yang merdeka. Penulis yang bisa menulis kapan saja dan dimana saja tanpa halangan mood atau tetek bengek lainnya. 

Lah, nih tulisan maksudnya apaan?

Heheh 😊 bagi  kalian yang bertanya hal tersebut (karena memang dari atas tulisannya kagak jelas 😊). Baiklah, sebenarnya saya hanya mengutarakan isi hati saya perihal dinamika dunia maya di Indonesia. Saya bingung, orang dapat dengan mudah bertikai hanya karena beda pendapat di kolom komentar. Tidak tau yang mana berita yang benar dan berita yang palsu dan berbagai hal yang tidak mencerdaskan lainnya.

Lebih dari itu mungkin para pembaca ada yang akan berkata, nah lu sendiri taunya cuman nulis hal-hal gak jelas!. Kontribusinya apa buat permasalahan ini? Waduh saya pun menjadi semakin bingung dengan pertanyaan tersebut. Seakan maju kena, mundur kena. Tidak ada yang benar.

Tapi itulah namanya berjuang, pasti ada rintangan dan halangannya. Tulisan ini pun sebenarnya hanya unek-unek saya dan beberapa hal yang saya rencanakan dan sudah saya jalankan akhir-akhir ini.

  • Pertama, terkait isu hoax yang sedang marak, sejak sebulan yang lalu saya mulai membiasakan diri untuk membaca sebuah postingan hingga tuntas dan tidak terburu-buru membagikan sebuah postingan. Nah, jika dikemudian dalam tulisan tersebut saya menemukan beberapa keganjilan, saya berusaha sebaik mungkin berkomentar dengan baik dengan niat mtabayyun terkait tulisan yang ditulis oleh admin terkait. Toh manusia pasti ada salahnya, tak luput pula saya sendiri.

  • Kedua, saya mulai membiasakan diri berkomentar dengan baik di setiap postingan yang saya rasa bermanfaat. Beralih dari kebiasaan komentar tidak jelas dengan tujuan branding dan sekedar ikut campur urusan yang tidak kita tahu jelas asal usulnya. Atau bahkan sok pintar dengan ikut nimbrung dalam sebuah diskusi. Dalam  pikiran saya, komentar merupakan sesuatu hal yang membangun baik bagi penulis serta pembaca itu sendiri.  Oleh karena itu, saya yakin jika iklim komentar bergeser dari sekedar komentar ikut nimbrung atau malah komentar akward dan gak jelas, saya yakin para netizen akan mendapat banyak hal dari internet.
  • Ketiga, saya terkadang melaporkan beberapa tulisan yang saya rasa tidak benar atau hoax. Atau minimal saya screenshoot dan saya posting di akun sosial media saya agar teman-teman saya tidak ikut termakan hoax dan tidak ikut menyebarkan hoax. Karena kita tidak bisa menyalahkan semua orang terkait masalah hoax. oleh karena itu, mari biasakan diri membaca dan men filter tulisan yang kita baca. Kesimpulannya 
“saring sebelum sharing".

  • Terakhir, saya sendiri ingin menjadi seorang penulis yang merdeka. Yang bisa menulis setiap waktu, dan siap membantu kapanpun dibutuhkan. Meski hal tersebut memang terasa sulit, tapi jika dilakukan dengan sungguh-sungguh maka bisa terwujud pada akhirnya. Karena dengan menulis saya juga ikut menambah wawasan dan ikut andil mencerahkan para netizen atau pembaca yang tanpa sengaja singgah di blog saya dan menemukan tulisan ini. Semoga kedepannya negara kita menjadi semakin makmur dan masyarakatnya semakin bijaksana dan berwawasan dalam menggunakan internet.

Salam hangat dari Situbondo 😊

10 Komentar

  1. saya juga sependapat, kita yang punya blog jadi biarlah kita berkreasi dengan kemampuan kitahehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul tuh. Tapi masih ada batasannya. Jangan sampe menyikut dan merusak kepentingan orang lain. Kita enak nulis tapi yang lain bermaslaah. Kan malah nambah masalah 😊😊

      Hapus
  2. wahh kalau hoax di sosmed ga ada habisnya, bener sih ujung2nya mereka bertikai tanpa ujung. Buang-buang waktu, buang-buang pahala alias berdosa jika didalamnya ada caci maki.

    Kalau saya, selalu menghindari nimbrung di kolom komentar. Mau mereka pro atau kontra kalau udah bertikai dan sok paling bener, ya udah mereka sama aja salahnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lebih baik menulia dengan merdeka. Menulis yang bermanfaat 😊

      Hapus
  3. betul setuju, menulis merdeka tanpa pesanan, apa yang dipikirkan, kapan saja

    BalasHapus
  4. niat yang mulia mas
    jarang anak muda seumuran mas punya niat sungguh2 seperti itu
    penulis merdeka
    semoga bisa terlaksana, amin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini semua panjang ceeitanya mas. Hingga saya sampai di titik dimana saya mencoba beepikir dan mendapatkan pencerahan. Iya semoga saya mampu melakukannnya. Bukan sekedar mengkonsepkan saja 😊

      Hapus
  5. Saya juga ingin menjadi penulis yang merdeka, tapi dalam kasus saya, ide nulis sih gak pernah habis, waktu untuk nulisnya itu yang gak ada hahaha.

    Sesama member WB juga nih, salam kenal ya.
    Kalau ada waktu, silakan main ke blog saya =)

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah iya tuh. mirip-mirip. tapi kalau bisa diatur pasti bisa juga ntar :D

      iya mas, salam kenal juga :D

      Hapus

Anda bebas berkomentar selama tidak mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI. Selamat berbagi pendapat dan berdiskusi di kolom komentar ini.

Orang baik berkomentar dengan baik.
Jadilah komentator yang baik.