Sering Gagal Paham? Mungkin Ada yang Salah Dengan Komunikasimu, Ini Penjelasannya

Fundamental Attribution Error

Kalian sering gagal paham atau salah mengartikan pesan dari orang lain? Atau, sering gagal memaknai sebuah nasihat dan masukan? Bisa saja, ada Fundamental Attribution Error (FAE) yang terjadi dalam pola komunikasi mu.

Ada kesalahan atribusi yang membuat makna/pesan yang hendak kamu sampaikan tidak tersampaikan dengan baik. Begitu Juga sebaliknya, pesan yang diberikan orang lain tidak tersampaikan dengan baik kepada kita karena terdapat kesalahan atribusi dalam pola komunikasinya.


Apasih Fundamental Attribution Error itu? Yuk obrolin lebih lanjut.

Fundamental Attribution Error, Kesalahan Kecil yang Bikin Kita Sering Salah Paham



The fundamental attribution error (FAE) describes how, when making judgments about people’s behavior, we often overemphasize dispositional factors and downplay situational ones.5 In other words, we believe that people’s personality traits have more influence on their actions, compared to the other factors outside of their control.


Sejarah Fundamental Attribution Error


Istilah Fundamental Attribution Error pertama kali digunakan dalam Psychology of Interpersonal Relations oleh psikolog Heider asal Australia pada tahun 1958. Kesalahan atribusi mendasar adalah ketika seseorang mencari penyebab suatu tindakan bukan dari faktor eksternal, melainkan dari kecenderungannya secara pribadi.

Definisi Fundamental Attribution Error


Coba perhatikan contoh berikut ini:

Kalimat 1: “Apasih yang kamu lakukan di rumah? Kemeja satu helai saja tidak disetrika.”
Kalimat 2: “Sepertinya akhir-akhir ini kamu kewalahan dengan pekerjaan rumah. Tapi, kamu harus tetap memikirkan pakaian suamimu.”


Dua kalimat di atas pada dasarnya memiliki pesan yang sama. “Di tengah kesibukan, jangan lupa untuk memperhatikan hal mendasar seperti penampilan. Salah satunya dengan menyetrika baju.

Kalimat 1 cenderung dipakai oleh banyak orang. Orang-orang biasanya mencari penyebab sebuah tindakan dari sifat, dorongan, watak, dan sikapnya sendiri daripada dari faktor-faktor eksternal seperti lingkungan dan kesempatan. Bisa saja, sang istri tidak menyetrika kemeja mungkin karena memang sifatnya yang malas atau karena sibuk dengan pekerjaan rumah.

Namun, kebanyakan orang cenderung berusaha mencari penyebab tindakan tertentu pada masalah internal seseorang daripada lingkungan atau kondisi eksternal. Oleh karena itu, banyak yang suka menyalahkan orang lain dan akhirnya terlibat adu mulut.

Menyikapi Fundamental Attribution Error


Apabila kita mendapati kondisi Fundamental Attribution Error, langkah awal yang bisa dilakukan adalah berhenti sejenak dan menarik nafas. Alih-alih menyalahkan dan mengambil faktor eksternal/personal, cobalah untuk memperhatikan dan memeriksa faktor-faktor eksternal secara perlahan.

Mari ambil contoh ketika pasangan terlambat bertemu sesuai janji temu yang telah disepakati. Alih-alih menyalahkan pasangan dan berkata, “Sebal, Kamu suka telat. Kebiasaan banget lelet, deh,” cobalah mengubahnya menjadi seperti ini:

“Apa yang terjadi di tadi? Apakah ada kemacetan dalam perjalanan?”


Tentu, respon terakhir akan menghasilkan output berbeda dan kemungkinan besar akan memberi output yang lebih positif. Jadi, cobalah sesekali untuk memulai komunikasi dengan pertimbangan faktor-faktor eksternal. Kita akan menyadari betapa luar biasanya efek kalimat kecil itu dalam hubungan komunikasi kita. (*)

_______________

Daftar Rujukan:
The Decision Lab. (2021). Fundamental Attribution Error. The Decision Lab. Retrieved March 12, 2024, from https://thedecisionlab-com.translate.goog/biases/fundamental-attribution-error?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc&_x_tr_hist=true

2 Komentar

  1. Wah, ini komunikasi yang seringkali bikin gagal paham biasanya seseorang tidak menyimak atau memang bingun deng perkataan si pembicara ya? Kalau baca contoh di atas sih, kayaknya lebih ke nyinyir alias ngomongnya kurang bersifat positif ya. Lebih baik ubah dengan kalimat yang lebih halus namun tegas.

    BalasHapus
  2. Pengetahuan yang bermanfaat, teruslah menulis.

    BalasHapus

Anda bebas berkomentar selama tidak mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI. Selamat berbagi pendapat dan berdiskusi di kolom komentar ini.

Orang baik berkomentar dengan baik.
Jadilah komentator yang baik.