Peduli Terhadap Pendidikan, Muhammad Farid Rintis Sekolah Alam, Sediakan Pendidikan Gratis Bagi Masyarakat

Pendidikan adalah tiang generasi yang akan datang

Pendidikan memiliki peran penting bagi suatu bangsa. Para generasi penerus bangsa memerlukan pendidikan guna dapat tercetak menjadi generasi penerus yang maju, berkembang, dan berkualitas.

Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak demi menggapai masa depan yang cerah. Tidak dapat dipungkiri, salah satu cara menggapai asa dan cita-cita adalah dengan mengenyam pendidikan di sekolah.

Sekolah memiliki peran penting dalam membentuk generasi unggul yang akan menjadi tulang punggung pembangunan bangsa. Melalui pendidikan di sekolah, ilmu pengetahuan diperoleh, wawasan diperluas, dan kemampuan bertambah.

Namun, untuk memperoleh pendidikan yang layak, biaya yang dibutuhkan tidaklah sedikit. Tak jarang, kita harus merogoh kocek dalam untuk menerima pendidikan layak. Hal itu menjadi sebuah tantangan tersendiri di tengah perkembangan zaman dewasa ini.

Bahkan, biaya pendidikan di Indonesia terus mengalami kenaikan setiap tahun. Melansir data Badan Pusat Statistik (BPS) laju kenaikan biaya kuliah per tahun – sekitar 1,3% untuk kampus negeri (PTN) dan 6,96% untuk kampus swasta (PTS) – jumlah itu mengalahkan laju naiknya pendapatan lulusan SMA (3,8%) maupun sarjana (2,7%).

Namun, di tengah tantangan dan perubahan zaman, beberapa individu berdedikasi tinggi untuk memberikan pendidikan berkualitas tanpa biaya yang memberatkan. Salah satu sosok inspiratif yang melakukannya adalah Muhammad Farid, seorang pionir pendidikan di Banyuwangi.

Sekolah Alam: Wujud Kepedulian Terhadap Pendidikan di Indonesia


Muhammad Farid memulai perjalanan luar biasanya dengan mendirikan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2005, ketika usianya baru 34 tahun. Keberaniannya tak berhenti di situ, karena ia juga mendirikan SMP Alam di bawah naungan Yayasan Banyuwangi Islamic School, yang berlokasi di lahan seluas 3.000 meter persegi.

Kala itu, sekolah yang didirikan oleh Farid adalah tempat belajar bagi 70 siswa. Farid mengambil peran sebagai Kepala Sekolah sekaligus pengelola sekolah, sementara manajemen SD ia serahkan kepada sahabatnya, Suyanto.

Sekolah yang didirikan oleh Farid memiliki konsep unik. Hanya ada satu aula, sebuah langgar, serta satu sanggar. Siswa-siswi diberi kebebasan untuk belajar di mana saja, dan tidak ada tekanan berlebihan terkait seragam.

Mereka hanya perlu mengenakan seragam pada hari Senin dan Selasa, sedangkan pada hari-hari lainnya, mereka bebas berpakaian sesuai kenyamanan mereka. Bahkan, pemakaian sepatu pun tidak diwajibkan jika siswa tidak memiliki.

Bayar Sekolah dengan Sayur-Mayur, Jika Tidak Mampu, Cukup Dengan Doa


Merintis Sekolah Alam sebagai upaya memperjuangkan pendidikan bagi masyarakat tidak mampu membuat sekolah yang dipimpin oleh Farid memiliki metode unik pembayaran uang sekolah. Karena mayoritas siswa berasal dari keluarga kurang mampu, Farid memberikan alternatif pembayaran yang tidak biasa.

Para siswa dapat membayar uang sekolah dengan menyumbangkan sayur-mayur sebagai gantinya. Bahkan jika mereka benar-benar tidak mampu, mereka diperbolehkan untuk sekolah secara gratis dan cukup membayarnya dengan Doa.

Kembangkan Kurikulum Kreatif: Kolaborasikan Pendidikan Umum Modern dan Keagamaan Salaf


Selain metode pembayaran yang inovatif, sekolah ini juga mengusung kurikulum yang menggabungkan pendekatan modern dengan tradisi pondok pesantren salafiyah. Para siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan umum, tetapi juga wawasan ilmu agama. Mereka dapat menguasai Bahasa Arab, menghafal Al-Qur'an, serta belajar Bahasa Inggris, Jepang, dan Mandarin. Bahasa Inggris sendiri menjadi bahasa pengantar di sekolah alam rintisan Farid itu.

Setiap pekan, para siswa melibatkan diri dalam kegiatan outbond di halaman sekolah, yang bertujuan untuk membangun karakter kepemimpinan. Kurikulum kreatif ini dirancang oleh Farid untuk memberikan pengalaman belajar yang berbeda dari sekolah-sekolah konvensional.

“Untuk membangun karakter kepemimpinan,” kata Farid dalam sebuah wawancara dengan media.

Langkah Kecil Hari ini Untuk Pendidikan Generasi Bangsa di Masa Mendatang


Muhammad Farid penggagas Sekolah Alam Banyuwangi
Muhammad Farid dan gagasan inovatifnya berikan pendidikan layak meski harus dibayar dengan sayur dan doa.(Foto: Dokumen Astra Indonesia)

Farid menceritakan, motivasi dan keberaniannya menggagas dan merintis sekolah alam tidak lain karena rasa suntuknya dengan metode pendidikan di sekolah umum yang tidak dapat memberikan pendidikan layak dan setara. Hal itulah kemudian memantapkan motivasi Farid membangun sekolah alam di Banyuwangi.

Melalui inisiatifnya dalam mendirikan SD dan SMP Alam, Muhammad Farid mendapat apresiasi yang layak. Pada tahun 2010, ia menerima penghargaan Satu Indonesia Awards dari Astra Indonesia sebagai bentuk pengakuan atas dedikasinya dalam bidang pendidikan yang unik dan inspiratif.

Kisah Muhammad Farid adalah bukti bahwa perubahan di dunia pendidikan dapat dimulai oleh individu yang memiliki tekad kuat untuk memberikan pendidikan berkualitas, bahkan jika itu berarti menggantikan uang sekolah dengan sayur-mayur dan doa. (*)

Sumber gambar:
1) https://unsplash.com/photos/6jYoil2GhVk
2) Dokumen Astra Indonesia

2 Komentar

  1. Penerima satu Indonesia award ini banyak bgt ternyata yaaa. Tapi aku salut semuanya bagus2 dan menghasilkan karya yg memang berguna utk banyak orang.

    Sekolah alam di jakarta itu muahaaal banget mas. Hebaaat kalo mas farid ini malah bisa membuatnya gratis bagi yg ga mampu 👍👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener Mbak Fanny, sangat inspiratif dan banyak sekali pelajaran yang bisa kita petik. Dari perjuangan, semangat dan kisah-kisah para penerima anugerah Satu Indonesia Award.

      Hapus

Anda bebas berkomentar selama tidak mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI. Selamat berbagi pendapat dan berdiskusi di kolom komentar ini.

Orang baik berkomentar dengan baik.
Jadilah komentator yang baik.