Siapa sih yang nggak tahu bakso? Oalahan daging nikmat dengan bantuk khasnya bundar layaknya bola sepak. Bola-bola daging yang kenyal itu biasa dimakan bareng kuah kaldu gurih dengan topping bawang goreng dan daun seledri. Kadang juga diberi imbuhan lontong atau selingan lainnya.
Saya yakin semua orang pasti suka sama bakso.
Mendekati momen Lebaran, ibu-ibu biasanya mulai membanjiri penggilingan daging terdekat untuk menyulap daging sapi atau ayam menjadi adonan bakso siap saji. Adonan tersebut akan disimpan di kulkas, baru kemudian dimasak dan disajikan kepada tamu saat hari Lebaran tiba.
Budaya makan bakso yang praktis dan mudah ini kini hampir pasti kita jumpai selama Lebaran. Dalam momen penuh silaturahmi Lebaran, hidangan bakso adalah hal lumrah. Sama lumrahnya dengan pertanyaan sanak saudara, “Kapan nikah?” yang biasa terdengar saat kumpul keluarga.
Memandang fenomena menjamurnya bola-bola daging ini selama Lebaran, boleh dibilang kuliner ini ternyata memiliki banyak mafaat lain yang kadang disepelekan atau nggak terpikirkan. Maka melalui tulisan ini, saya ingin mengumpulkan dukungan untuk menobatkan bakso sebagai pahlawan pangan nasional.
Akan tetapi sebelum kita membahas kuliner satu ini lebih lanjut, mari memahami konteks berikut terlebih dahulu.
Indonesia jadi salah satu negara penyumbang sampah makanan (Food Waste) terbesar
Lebaran adalah momen kemenangan bagi umat Islam di seluruh dunia. Untuk merayakannya, para muslim biasanya menyajikan berbagai menu hidangan pada tamu yang datang berkunjung. Namun jika dilakukan berlebihan, makanan yang dihidangkan saat Lebaran justru bisa menciptakan masalah lingkungan. Sejumlah riset menunjukkan bahwa sampah makanan (food waste) telah menjadi isu lingkungan yang nyata.
Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) menyatakan, sampah makanan turut mengakibatkan gas rumah kaca. Nggak tanggung-tanggung, jejak karbon akibat sampah makanan bisa mencapai 4,4 giga ton setiap tahunnya.
Butuh gambaran yang lebih realistis? Data rilisan FAO juga menjelaskan, makanan menjadi penyumbang sampah terbesar di Jakarta dan Indonesia secara nasional dengan jumlah mencapai 25,5 juta ton per tahun berdasarkan jumlah penduduk 250 juta.
Dengan angka tersebut, Indonesia bercokol di urutan kedua penyumbang sampah makanan terbesar di bawah Arab Saudi yang menduduki posisi pertama.
Lalu, peran si bakso ini apa sih untuk memerangi food waste di Indonesia?
Bakso lebh awet daripada daging mentah
Bakso yang sudah diolah dapat digolongkan sebagai frozen food. Dalam bentuk frozen food, bakso dapat disimpan dan nggak basi hingga 3 bulan lamanya. Bahkan bisa lebih, tergantung penyimpanan dan kebutuhannya.
Tapi, daging kan juga bisa di-dry aged? Iya, tapi harus menggunakan pendingin khusus dan nggak semua daging sapi lokal punya kualitas luar biasa seperti daging sapi wagyu Jepang misalnya.
Salah satu penyebab munculnya sampah makanan adalah masa penyimpanan bahan pangan yang cenderung singkat. Masa penyimpanan yang singkat ini membuat bahan pangan mudah basi sehingga berakhir menjadi sampah sebelum bisa dikonsumsi.
Dengan menyulap daging sapi menjadi bakso, kita nggak cuma memperpanjang masa penyimpanannya. Secara nggak langsung, kita juga mengurangi munculnya sampah makanan.
Bakso bukan cuma daging, sayur juga bisa jadi bakso
Pernah dengar bakso sayur? Itu tanda bahwa bola-bola kenyal ini nggak cuma terbuat dari daging. Berbekal inovasi dan kreasi kreatif masyarakat Indonesia, berbagai bahan makanan bisa dijadikan bola-bola kenyal ini.
Memang baru bakso sayur yang familier, tapi dalam waktu dekat bukan nggak mungkin segera muncul varian lain mengingat orang Indonesia kreatif dan nggak takut bereksperimen.
Ketika sudah menjadi bakso, bahan makanan tersebut jadi lebih awet dan nggak mudah menjadi sampah makanan seperti yang dibahas pada poin pertama.
Menggoda bagi semua golongan
Saya melakukan survei kecil-kecilan kepada 10 orang teman. Pertanyaan yang saya ajukan cuma dua: 1) Apakah kalian doyan/mau makan bakso? Jika jawabannya IYA, lanjut ke pertanyaan kedua. Tapi jika teman saya menjawab TIDAK, saya cari informan lain. Eh, lha kok maksa? ~Wkwkwk.
Terlepas dari survei kecil-kecilan tersebut, bakso memang terbukti jadi makanan yang disukai hampir semua golongan. Yang membedakan hanya ukuran dan tingkat kemampuannya.
Anak-anak biasanya suka bakso berukuran kecil, kadang disebut pentol. Orang dewasa seleranya sedikit berbeda, bakso ukuran standar atau jumbo biasanya yang jadi favorit mereka. Sementara orang tua? Ya bakso empuk adalah andalan mereka. Lantaran diterima dengan mudah oleh semua golongan, artinya bola-bola kenyal ini memiliki peluang lebih besar untuk dikonsumsi daripada sekadar jadi pemanis kulkas rumah tangga.
Bakso itu multifungsi, bisa jadi makanan utama, bisa jadi camilan
Untuk memperkuat pemikiran saya tentang bakso sebagai pahlawan pangan nasional, khususnya memberantas dan mengurangi food waste, alasan ini saya masukkan juga.
Sudah jadi rahasia umum kalau bakso bisa dijadikan makanan berat, tapi juga biasa dikonsumsi sebagai camilan. Makanya saya menilai bahwa kuliner ini memiliki kriteria yang cukup untuk jadi pahlawan pangan. Bukan karena saya suka makan bakso, lho, tapi karena manfaatnya mengurangi penumpukan limbah makanan (food waste) di Indonesia.
Menurut kalian gimana?
*) Sebelumnya dipublikasikan di Mojok.co dengan judul Alasan Kenapa Bakso Harus Dinobatkan sebagai Pahlawan Pangan Nasional dengan sedikit perubahan dan penyesuaian.
Sumber gambar: jcomp from freepik
2 Komentar
lama-lama bakso akan mendunia, cuman aku kalau makan bakso ngerasa bukan makan berat, tapi kayak camilan, soalnya nggak kenyang
BalasHapusapalagi sekarang udah banyak modifikasi isian bakso ya, kayak isi cabe, atau ada yang isi telur
Bakso memang hidangan istimewa!
BalasHapusSewaktu saya umrah akhir tahun 2022, aroma bakso sudah terhidu ketika kami turun bas menuju ke ladang kurma. Ada peniaga bakso di pintu masuk, dan kelihatan berbaris-baris pelanggan menunggu giliran untuk membelinya. Mmemang lumayan terkenalnya bakso sampai dada di negara Arab.
Anda bebas berkomentar selama tidak mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI. Selamat berbagi pendapat dan berdiskusi di kolom komentar ini.
Orang baik berkomentar dengan baik.
Jadilah komentator yang baik.