Jilbab dan Wanita, Sebuah Diskusi Ringan Tentang Hijab


Sebenarnya, saya tidak pernah punya niat untuk menulis tentang jilbab dan wanita. Pertama karena saya bukan seorang Mujtahid yang dalam ilmu fiqh merupakan tingkatan dimana seseorang bisa mengeluarkan fatwa. Kedua karena saya merasa tidak memilki ilmu yang cukup tentang wanita dan jilbab.

Gagasan untuk menulia tulisan ini sebenarnya datang secara tidak sengaja setelah dari sekian banyak group di Whatshap saya berebut perhatian untuk dibaca. Entah ilham dari mana yang membuat dsaya ikut larut dalam sebuah diskusi di group whatsaap yang sedang hangat-hangatnya membicarakan tentang hijab dan wanita.

Dari diskusi tersebut dapat saya simpulkan bahwa mereka sedang mendiskusikan pendapat seorang Quraish Shihab tentang hijab. Memang ulama yang satu ini dikenal karena pandangannya terhadap hijab yang bisa dibilang kontroversial. 

Pandangan beliau terhadap hijab yang merupakan budaya dan putrinya yang tidak berhijab turu menuai banyak kontroversi. Tapi memang setiap orang memiliki penafsiran dan pemahaman masing-masing.

Jka kalian berharap saya akan mengajukan kritik terhadap seorang Quraish Shihab terhadap pandangannya kepada hijab, mungkin kalian akan kecewa berat. Saya merasa masih terlalu dangkal untuk turut serta dalam lingkaran diskusi tentang hijab tersebut.

Jika pembaca sekalian yang budiman tertarik terhadap diskusi tersebut bisa langsung membeli buku beliau atau bertabayyun(menanyakan langsung)  melalui pesan elektronik atau media sosial. Karena toh sekarang segala sesuatu sudah menjadi semakin mudah.

Dalam tulisan ini, saya hanya akan berbicara santai tentang jilbab. Sebuah pemahaman sederhana tentang jilbab yang saya dapatkan dari sebuah group whatsapp.

Hijab sebagai atribut dan penjaga wanita

Saya tidak akan mempeributkan hijab sebagai bagian dari budaya atau tidak. Tapi dalam pandangan saya, seorang wanita berhijab jauh lebih bermartabat dan terpandang daripada mereka yang dengan mudah mengumbar aurat mereka. Ibaratnya gula dan semut, jika gula tidak disimpan rapi maka akan banyak semut yang  datang menghampiri. Seperti itulah kiranya analogi terhadap wanita yang dengan mudahnya mengumbar aurat mereka.

Hal kedua yang saya dapatkan dari diskusi sederhana tersebut adalah, terlepas dari hubungan hijab dan budaya. Hijab elah menjadi atribut yang turut menjaga tingkah laku seorang wanita. Tentu wanita berhijab akan merasa malu jika melakukan hal yang memalukan dengan hijabnya. Selayaknya seorang jendral dengan seragam dinas tentu akan menjaga wibawanya selama ia berpakaian seragam jendral. Seperti itulah kiranya eksistensi hijab yang ada di Indonesia.

Memang hijab bukanlah budaya bagsa kita. Hijab berasal dari budaya jazirah arab du barat sana. Tapi sekali lagi saya tidak akan memperdebatkan hal tersebut dan saya memberikan kebebasan kepada setiap individu untuk memahami hijab itu sendiri.

Tapi terlepas dari kontoversi tersebut hijab telah banyak berperan dalamm hidup wanita. Membuat mereka kembali terpandang dari awalnya hanya manusia rendahan yang kadang langsung dikubur hidup-hidup sesaat setelah lahir. Tapi memang patut disadari bahwa hijab telah menjadi atribut yang turu menjaga seorang wanita dari kenistaan. Selebihnya saya serahkan pemahaman kepada setiap individu. Wallahu a’lam bisshawab

Salam hangat dari Situbondo.

0 Komentar

Anda bebas berkomentar selama tidak mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI. Selamat berbagi pendapat dan berdiskusi di kolom komentar ini.

Orang baik berkomentar dengan baik.
Jadilah komentator yang baik.