Beberapa waktu yang lalu peristiwa bela islam
II yang dilakukan oleh segenap ummat islam Indonesia guna menuntut keadilan
untuk gubernur non aktif Jakarta Basuki Cahaya Purnama atau lebih akrab disapa
Ahok. Berawal dari pernyataan Ahok yang mencungkil ayat surat Al-Maidah 51,
seluruh ummat islam pun tergerak guna menuntut keadilan. Lebih-lebih media
mainstream Indonesia banyak menyebarkan berita yang tidak berimbang dan
cenderung merugikan pihak muslim. Alasan politis, terorisme dan hal-hal lainnya
selalu dikaitkan dengan ummat islam.
Melihat
fenomena tersebut saya tergerak untuk menulis sebuah opini untuk menanggapi hal
tersebut. Ketika pertama kali mendengar tentang aksi bela islam II yang
dilakukan beberapa waktu yang lalu saya langsung teringat akan sebuah pepatah
arab yang artinya “Kejahatan yang rapi dan terstruktur dapat mengalahkan
kebenaran yang semrawut”. Islam memang agama yang besar, ummat nya juga banyak
tapi sayang persatuan kita bisa dibilang kurang. Oleh karena itu kenapa
Rasulullah menganjurkan kita untuk mempererat tali silaturahmi dan sangat
melarang perbuatan memutus nasab.
Dahulu
kala ummat islam berjaya karena semangat persatuan mereka menggelora. Begitu
juga dengan Indonesia, saat perang meraih kemerdekaan seluruh rakyat bersatu
mengesampingkan isu ras, agama dan golongan. Mereka bersatu menjadi Indonesia.
Merebut kemerdekaan bangsa. Tap semangat itu hilang. Kini, orang hidup
sendiri-sendiri.
Memang
ummat islam banyak, tapi jika kita tidak bersatu apa guna jumlah tersebut.
Dalam kitab al-hikam dijelaskan bahwa muslim bagaikan bagian tubuh manusia.
Jika salah satu bagian tubuh merasakan sakit, maka bagian tubuh yang lain juga
akan merasakan sakit yang sama. Itulah definisi semangat kesatuan yang
dijelaskan dalam kitab al-hikam karya syekh Ibnu Ato’illah. Tapi mana? Semua
hilang tergerus oleh kemajuan zaman, pengaruh budaya asing dan faktor eksternal
lainnya.
Jadi
mari kita pererat tali silaturahmi satu sama lain, mulai dari hal kecil. Saling
sapa di jalan, memberi senyum tiap bertemu dengan orang lain, selalu bersikap
ramah dan hal kecil atau sepele lainnya
(bisa juga dengan meninggalkan jejak komentar di postingan ini hehehhe :D). Mari memulai dari diri sendiri. Kita bisa
memulai dengan murah senyum kepada sesama, membiasakan menyapa terlebih dahulu
serta hal-hal kecil lainnya.
Setelah kita memulai dari diri
kita sendiri, lalu mulai lah dari lingkungan. Mari ajak sekeliling kita untuk
mempererat hubungan. Mungkin aksi 212 beberapa waktu yang lalu merupakan sebuah
refleksi kesatuan bangsa khususnya muslim dalam menuntut keadilan, mereka
bersatu berkumpul di monumen nasional dan melakukan do’a bersama dengan tertib
memohon kebaikan bagi bangsa. Tapi disisi lain hal itu juga merupakan sebuah
titik lemah kita, dimana segelintir orang yang berkuasa tertawa melihat rakyat
membutuhkan begitu banyak massa, biaya dan hal pendukung lain hanya untuk
menuntut keadilan bagi satu orang, sungguh ironi. Tapi jika kita memiliki
hubungan yang erat, niscaya yan atasa dan yang bawah akan bersinergi untuk
Indonesia yang lebih baik.
Sudah terlalu banyak kasus
ketidak adilan di negeri ini. Mari kita berubah, mulai dari diri kita lalu
lingkungan kita. Mari turut berbuat demi bangsa. Jika kita bersatu, niscaya seluruh
rintangan akan mudah teratasi.
Jadi kesimpulannya
-
Mulailah
dari diri kita terlebih dahulu, dengan berperilaku baik dan benar lalu
lingkungan kita
-
Per-eratlah
tali silaturahmi. Jaga etika saat sedang berselancar di dunia maya. Karena
sekarang ini api sekecil apapun dapat menyulut apa saja. Lebih-lebih di era
global ini dimana setiap orang terhubung. Jadi jagalah etika dalam bermain di
dunia maya.
-
Mari
bersatu untuk menunjukkan siapa kita, seberapa jauh kita telah melangkah.
Sekian dari saya,
kurang lebihnya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Salam hangat.
0 Komentar
Anda bebas berkomentar selama tidak mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI. Selamat berbagi pendapat dan berdiskusi di kolom komentar ini.
EmojiOrang baik berkomentar dengan baik.
Jadilah komentator yang baik.