Meriahnya Hari Jadi Besuki ke-254


Saya memang putra asli Situbondo. Lahir dan menghabiskan masa kanak-kanak di Besuki, TK di wilayah dengan banyak bangunan kolonial serta terasa sedikit menakutkan kalau saya telat dijemput. Maklum jarak TK dengan rumah saya sekitar 5 KM. Jadi kalau pulang pagi otomatis hanya saya serta beberapa guru yang tetap ada di TK. 

Sekolah saya terletak di kawasan PG Demaas. Waktu itu saya selalu diantar jemput oleh kakek saya.  Ya, kakek saya adalah seorang pensiunan pabrik gula Demaas. Yah walau hanya seorang mandor tapi setidaknya pesangonnya cukup. Begitu ucap kakek saya.

Nah SD pun saya juga bersekolah di daerah PG Demaas. Ya, masih seperti waktu TK. Walau SD saya punya sebuah lapangan sepakbola. Tapi ya kalau saya tidak dijemput tempat itu bisa dibilang cukup seram.

Itulah sekelumit kisah masa kecil saya. Sederhana dan tak banyak kisah mengesankan. Dulu syaa adalah seorang yang pendiam. Tapi seiring bertumbuh, berkenalan dengan orang baru saya pun menyadari bahwa suatu butuh banyak pengalaman. Saya butuh banyak teman. Maka berbekal nekat serta kamera hasil minjem saya pun ikut serta bersama teman syaa menyemarakkan Hari jadi Besuki yang ke 254.

Sebagai acara pertama untuk memeriahkan Harjabes, tepat hari Minggu, 2 September 2018. Ada karnaval budaya. Acara ini diikuti oleh sekitar 16 kontingen utusan SD, SMP, serta SMA se Besuki. Ada drumband, barongsai, peragaan busana daerah, serta fashion show dari anak-anak muda yang cantik-cantik. Yang ganteng-ganteng tidak ada yang mau tampil 😂😅.

Karnaval budaya yang turut dihadiri oleh bapak camat Besuki serta bapak Kapolres Besuki menyita banyak perhatian masyarakat. Buktinya lalu lintas pun menjadi padat disekitar tempat karnaval budaya. Dimulai dari alun-alun lalu menuju Utara melewati kelenteng Po Tong Byaw lanjut ke pesisir lalu memutar ke daerah pasar baru dan finish di Alun-alun lagi. 






Pesertanya pun cukup antusias menyemarakkan Harjabes kali ini. Ada yang memakai busana daur ulang. Ada pula yang menampilkan atraksi yang menuai decak kagum. Ada pula yang menyuguhkan tarian lokal.

Yang saya ingat adalah kontingen SMA 1 Suboh yang melakukan atraksi tarian daerah di daerah klenteng Besuki. Yang saya ingat adalah saat masyarakat ikut menari mengikuti irama lalu operator berbicara melalui microphone. 

"Harap jangan jangan joget dangdut, tapi tarian daerah ya!" 😂😂 

Orang-orang pun mulai ikut menari dengan teratur mengikuti tarian para kontingen yang memakai kaos putih merah berstrip. Sungguh meriah 😉😊

------
Keesokannya tepat pukul 7 malam. Di rumah bekas kawedanan diadakan tadarus puisi yang dihadiri oleh banyak peserta mulai dari lingkup Besuki sendiri serta beberapa tamu yang berasal dari Situbondo, Jember, Paiton, Surabaya, malang, serta Nganjuk. Acara tadarus puisi ini pun berjalan meriah dengan begitu banyak penampilan yang cukup mengagumkan baik dari tamu undangan atau masyarakat yang turut hadir karena tertarik dengan keriuhan acara tersebut 😊
Semoga, acara tahun depan bisa lebih meriah dan lebih keren lagi dari tahun ini. Intinya jangan sampai kita lupa dengan budaya lokal serta tradisi para leluhur 😊




#besuki #harjabes #indonesia #wonderfulindonesia 

Masih gak mau mampir atau berwisata ke Situbondo? Coba pikir lagi 😉😊

2 Komentar

Anda bebas berkomentar selama tidak mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI. Selamat berbagi pendapat dan berdiskusi di kolom komentar ini.

Orang baik berkomentar dengan baik.
Jadilah komentator yang baik.