Apa yang Saya pikirkan Tentang Orang-orang yang Meminta Belas Kasihan di Pinggir Jalan


Mungkin bagi sebagian besar dari kita sudah lumrah bertemu dengan orang-orang yang meminta di pinggir jalan. Mulai fari yang bermodus mngelap kaca mobil, ibu-ibu yang menggendong anak kecil, dan bahkan ada pula yang langsung meminta uang kepada para pengendara.

Ada yang sudah tua, lumpuh, bahkan ada pula yang masih muda dan segar bugar. Tapi kenapa mereka meminta-minta? Menurut saya, fenomena ini tidak bisa lepas dari kondisi sosial yang tidak seimbang serta kesenjangan di masyarakat. Dalam hak ini kita tidak semerta-merta bisa langsung menyalahkan pemerintah atas ala yang terjadi.

Dalam kasus ini, pemerintah tidak sepenuhnya bersalah. Bahkan pemerintah sudah memberikan bermacam inisiatif mulai dari bantuan sosial, dana, dan bahkan pembekalan kemampuan untuk mengatasi fenomena sampah masyarakat yang tidak kinjung selesai ini.

Karena judulnya apa yang saya pikirkan, sebenarnya sih ini mau curhat. Bukan tulisan serius seperti alasan kenapa Indonesia gak maju-maju. Hanya skedar tulisan ringan refleksi pengalaman saya.

Ide awal tulisan ini bermula saat saya sedang berkunjung ke rumah teman saya. Karena daerahnya yang lumayan pelosok, saya sering berpapasan dengan pengemudi becak yang berseliweran mengantarkan penumpang. Alamnya pun cukup asri. Para abang becak pun ramah menyapa atau sekedar tersenyum kepada saya yang mengendarai sepeda dengan pelan. Saya pun merasa senang karena masyarakatnya nampak ramah.

Nah disinilah cerita nya dimulai. Beberapa saat kemudian saya berpapasan dengan seorang abang becak yang sudah cukup tua. Nampak dia sangat kelelahan tapi masih tetap berusaha mengayuh becaknya. Mungkin karena sudah lelah. Ia pun turun lalu mendorong becak itu perlahan. Si mbak penumpang nampak sabar melihat si abang becak yang mulai kelelahan. Dalam hati saya merasa iba. Lalu saya pun mendekat mencoba memberikan bantuan dengan membonceng si mbak. Hitung-hitung sodaqoh (sekaligus, siapa tahu kenalan ama si mbak pnumpangnya 😊) eh tapi ternyata saya diduluin smaa abang becak lain yang langsung meminta si mbak ini turun dan beralih ke becaknya.

"Bayar aja sama si mbah dek, sini pindah ke becak saya" ucap si kakang becak

Tapi ternyata si mbah becak mencoba menolak tawaran itu. Namun si akang becak memaksa dan akhirnya si mbah pun mau.

Nah entah kenapa saya terpikir akan orang-orang yang meminta-minta di pinggir jalan. Kenapa mereka tidak bekerja? Toh mereka masih mampu. Selama itu halal, kenapa tidak? Tapi mungkin bukan hanya sekedar memiliki rasa takut seperti yang saya paparkan di tulisan sebelumnya. Gengsi serta keengganan sosial ditambah individualisme terlalu tinggi tumbuh di masyarakat. Hasilnya orang kaya yang semakin kaya, dan orang miskin yang semakin miskin.

Entah saya menulis ini untuk apa? Isinya hanya curhat. Intronya pun gak jelas 😂. 

Saya merasa tertampar dengan si mbah. Sangat-sangat tertampar. Dia yang sudah tua masih semangat bekerja sedangkan saya yang jauh lebih muda dan energik masih sangat bergantung kepada orang tua saya. Maaih sangat manja dan masih sangat mudah menyerah. Ini pun berusaha sangat keras nulisnya. Mungkin kita sering menjumpai hal serupa dalam kehidupan kita. Tapi mungkin kita juga terlalu acuh sehingga lupa dan tidak merasakan apapun. Setidaknya saya merasa iba dan karena itu saya menulis ini.

Salam hangat 😊

4 Komentar

  1. betul banyak yang tua masih berjuang dan yang muda meminta2 ya

    BalasHapus
  2. Sebenarnya ada juga kok yang masih muda mau berjuang... cuma ya banyak juga yang masih muda dan sehat malah minta2 :D

    BalasHapus

Anda bebas berkomentar selama tidak mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI. Selamat berbagi pendapat dan berdiskusi di kolom komentar ini.

Orang baik berkomentar dengan baik.
Jadilah komentator yang baik.