Kid Zaman Now, Fenomena Kreatif atau Pembodohan?



Akhir-akhir ini kita mulai familiar dengan ungkapan kid zaman now. Ungkapan yang sering digunakan untuk menyindir kelakuan para pemuda yang jauh sangat berbeda dengan generasi pendahulu. Jika dahulu pemudanya tertib dan beradab, tapi sekarang jauh berbeda. Entah apa nama yang pantas, tapi memeang kenyataannya sudah jauh sangat berbeda.

Dalam tulisan ini kita tidak akan berdiskusi jauh tentang keadaan pemuda dan kiat untuk membuat mereka menjadi generasi emas yang beradab. Tapi kita akan membahas fenomena kid zaman now  yang sedang populer dan  kaitannya dengan bahasa negara kita.

Menurut penulis, secara pemakaian. Ungkapan kid zaman now adalah suatu bentuk kreatifitas yang digunakan oleh sekelompok orang untuk memberikan kritik terhadap sekumpulan orang yang lain dengan harapan dapat menjadi lebih baik. Patut kita acungi jempol, bahwa masih ada niatan dan inisiatif untuk berubah dari pemuda itu sendiri dengan merebaknya ungkapan tersebut untuk menyindir kondisi pemuda dewasa ini.

Sayang, disisi lain, pemakaian bahasa yang sepotong-sepotong juga merupakan sesuatu yang tidak baik. Lebih baik sekiranya jika dilakukan pemakaian bahasa secara menyeluruh atau penciptaan bahasa baru melalui berbagai cara kebahasaan. Karena negara kita memiliki bahasa sendiri dan dengan penggunaan bahasa yang sepotong-sepotong bisa menciptakan kesalah pahaman.

karena pemakaian serta pemahaman yang separuh-separuh bisa berbuah pemahaman yang salah. banyak isu radikalisme, terorisme yang hampir kesemuanya berasal dari pemahaman yang setengah dan tidak menyeluruh tentang jihad. oleh karena itu penggunaan bahasa yang separuh-separuh sepatutnya dikurangi. Al-Quran yang sudah absolut saja jika dipahami setengah-setangah itu tidak bagus, apalagi yang lain?

Karena bahasa indonesia adalah bahasa ibu, dann setiap orang belajar bahsa indonesia secara otodidak melalui lingkungan. Jika kita lihat materi kebahasaan seperti tata bahasa indonesia di buku pelajaran bahasa indonesia di tingkat SD, SMP, SMA sungguh hanya memuat sedikit sekali materi tata bahasa, tapi lebih kepada materi sastra. Bagaimana kita mau mempertahankan bahasa indonesia, bahasa yang telah mempersatukan kita jika ungkapan-ungkapan sepotong-sepotong seperti itu menjadi buah bibir dan familiar di telinga kita?

Jika hal tersebut terus terjadi, perlahan bahasa indonesia akan luntur, akan sirna. Maka lebih baik untuk kita, memulai dari diri sendiri memakai bahasa yang baik dan benar. Jangan campur aduk bahasa tersebut. Jika kita ingin berbahasa indonesia, silakan berbahasa indonesia. Jika kita ingin berbahasa asing, silakan berbahsa asing secara utuh. Karena bukan hanya soal tata cara kebahasaan tapi bagaiman kita menghargai bahasa indonesia sebagai bahasa kesatua. Bagaimana kita memiliki nasionalisme melalui bahasa yang kita pakai sehari-hari.

Terlepas dari pro kontra tersebut, fenomena ungkapan kid zaman now merupakan sesuatu yang juga bagus karena merupakan ikhtiar dari kaum muda sendiri untuk berubah. Tapi, secara kontinu. Sifat bangga berbahasa indonesia yang baik perlu ditanamkan dengan baik. Jika hal ini terus terus berlarut, mungkin suatu saat nanti bahasa indonesia akan berubah menjadi bahasa yang entah apa namanya? Jadi mari lestarikan bahasa dan budaya kita.

Salam hangat dari Situbondo
____
Sumber gambar : Google.co.id

0 Komentar

Anda bebas berkomentar selama tidak mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI. Selamat berbagi pendapat dan berdiskusi di kolom komentar ini.

Orang baik berkomentar dengan baik.
Jadilah komentator yang baik.