Hidup itu Soal Uang, Uang, dan Uang

Selamat pagi, siang, sore atau malam. Semoga pembaca sekalian selalu dalam kondisi terbaik dan sehat lahir batin. Dalam tulisan ini saya ingin mengajak kalian untuk berpikir. Berimajinasi untuk memikirkan kembali tujuan dan eksistensi kita di dunia ini.

Mari kita mulai, sejak kecil mungkin kita sudah di doktrin untuk sekolah setinggi-tinggi nya. Menjadi sukses, kaya raya sehingga di masa tua kita akan merasa tenang dan tinggal menikmati perjuangan hidup kita semasa muda.

Hal tersebut yang sudah sangat pasti ditanamkan oleh setiap orang tua kepada anaknya. Tapi, pernahkah kita berpikir. Untuk apa kita sukses? Untuk apa kita kaya? Baiklah, coba kita runut.
Kita sekolah untuk kuliah, kita kuliah untuk kerja, kita kerja untuk uang.  Segala sesuatu sekarang muaranya pasti uang. 

Memang lucu, tanpa uang kita tidak bias berbuat apa-apa. Baik di dunia nyata maupun dalam game pasti kita butuh uang. Jika sejak kecil generasi kita sudah dididik dengan paham kapitalisme seperti ini, jangan melongo mendapati negara kita dipenuhi koruptor dewasa ini.

Kita tidak bisa menyalahkan pihak tertentu atas fenomena ini. Yang jelas jika hanya merutuki dan tak berbuat apa-apa tidak akan pernah ada yang terselesaikan. Bukannya menyelesaikan masalah malah semakin membuatnya runyam tak berujung.

Maka mari kita renungkan beberapa hal berikut. Dalam sebuah tulisan, Emha Ainun Najib pernah menuliskan tentang uang dan manusia. 

Sudah jelas uang 10 ribu bias memperbudak manusia, tapi manusia tidak pernah bias memperbudak uang

Sebuah pernyataan yang cukup signifikan menggambarkan hubungan manusia  dan uang. Maka terasa benar lah jika 3 hal yang menjadi momok bagi manusia adalah takhta, harta dan wanita.
Anehnya, banyak orang yang sudah tahu dan paham bahwa hidup itu hanya soal uang, uang dan uang. Tapi mereka masih ngotot mencari uang dengan bekerja sebagai guru, pegawai negeri sipil dan pekerjaan public lainnya. Tapi itu memang kodrat manusia. Setiap manusia pasti menginginkan keselamatan dan kekayaan, jika tidak menginginkan keselamatan dan kekayaan bukan manusia mereka.

Bukankah sudah banyak sekali orang menulis tips cepat jadi kaya. Intinya kalua mau kaya ya jadi pengusaha, tapi masih banyak saja orang yang kepingin kaya dengan jadi guru, pegawai negeri sipil, pejabat dan jabatan lainnya. Kalua kita kalkulasikan, semua pekerjaan tersebut lebih banyak mengabdinya ketimbang usahanya. Kalau kita bekerja sebagai  guru yang dicari uangnya, yang jadi korban ya muridnya. Kalau kita jadi pejabat yang dicari uangnya yang sengsara ya rakyatnya.

Coba kita pikir, sudah jelaskah tujuan kita bekerja? Mau kaya? Ya jadi pengusaha, cari pekerjaan, kalua tak bias ya bikin lapangan pekerjaan. Dalam islam pun diajarkan, 9 dari 10 pintu rezeki itu berdagang. Anehnya masih banyak yang ngeyel cari uang lewat jabatan public.

Orang mungkin banyak yang berkelit, jadi pengusaha itu sulit, sudah, butuh banyak modal, dan berbagai macam alasan lainnya. Saya beri tahu, jadi pengusaah itu tak butuh modal yang banyak, tak butuh wajah yang tampan, yang kita butuhkan hanyalah mental. Meskipun kita kaya tapi mental kita miskin, saya yakin kita tidak akan pernah merasa kaya. Hasilnya kita merasa kurang dan menghalalkan segara cara untuk mendapatkan uang. Daripada kita melakukan hal tersebut, lebih baik kita menjadi pengusaha.

Iya, jadi pengusaha itu hanya butuh mental. Banyak sekali cara jadi pengusaha, berikut beberapa diantaranya
BOSOL : Berani, optimis, Sertifikat Orang Lain
BOBOL : Berani, Optimis, Biaya Orang Lain
BOOOL : Berani, Optimis, Otak Orang Lain
BOTOL : Berani, Optimis, Tenaga Orang Lain

Dan masih banyak cara lain sebagai pengusaha, silakan cari referensi melalui buku atau tanya-tanya kepada teman-teman sekitar. Ilmu itu banyak, silakan buka mata anda, sungguh ilmu itu terbentang luas di dunia ini. Masih takut jadi pengusaha? Optimislah, jadilah berani.
Pelaut yang tangguh pasti diuji dengan badai yang ganas.

Janganlah menyerah sebelum kalian mencoba. Karena kegagalan terbesar adalah menyerah sebelum mencoba. Jika kita kalah kita bias mengulang, jika kita gagal kita bias memulai lagi, jika kita salah kita bias memperbaiki, tapi jika kita menyerah maka habis sudah.

Nah, sekarang coba kita renungkan! Sudah benarkah tujuan kita bekerja? Kita bekerja untuk uang atau mengabdi?

Sekian, salam hangat dari Situbondo 😊
sumber gambar :theatlantic.com


2 Komentar

  1. Rumit banget kalau udah bahas soal uang ya mas, hahahhaha

    ursulametarosarini.blogspot.co.id

    BalasHapus

Anda bebas berkomentar selama tidak mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI. Selamat berbagi pendapat dan berdiskusi di kolom komentar ini.

Orang baik berkomentar dengan baik.
Jadilah komentator yang baik.