Merdeka: kita belum sampai disana ! (refleksi hari pahlawan 10 November 2016)

Courtesy: Google.com


                “Perjuanganku lebih mudah, karena aku mengusir penjajah sedangkan engkau melawan bangsa sendiri!” –Ir. Soekarno
                Ungkapan proklamator kita tersebut diatas sangatlah relevan untuk menggambarkan dinamika bangsa Indonesia era kini. Semangat persatuan mulai luntur. Lawan kita bukan lagi penjajah, tapi bangsa sendiri yang berselisih pandang dengan kita. Sudah terlalu sering media mengabarkan kita tentang kasus tawuran antar pelajar, kericuhan antar suku dan kekerasan yang mengatasnamakan SARA. Sungguh ironi, Negara yang 71 tahun yang lalu dideklarasikan medeka dengan kekuatan persatuanya kini berubah menjadi individualis yang hanya mementingkan kepentingan masing-masing.
                Ungkapan tesebut diatas patut kita renungkan dalam-dalam karena sesungguhnya problematika nyata yang kita hadapi adalah tidak singkronnnya elemen bangsa ini. Yang pusat bertikai dengan yang daerah, yang daerah menyalahkan yang pusat, tak ada yang mau mengalah, setiap pihak punya argument pembenarannya masing-masing.
                Sungguh ironi, karena bangsa yang besar harus memiliki visi yang jelas, tujuan yang nyata guna diraih bersama-sama. Lihatlah kisah sukses lee kuan yew merevolusi singapura yang notabene Negara dengan luas tak lebih dari separuh nusantara, dalam waktu singkat mampu berevolusi menjadi Negara maju khususnya dikawasan asia tenggara. Hal tersebut tak lepas dari semangat pesatuan yang dikoarkan oleh lee kuan yew guna bersama-sama mencipta singapura yang lebih baik.
                Sudahkah kita medeka? Tidak, itu hanya deklarasi tapi sebenarnya secara implisit kita (bisa dibilang) masih dijajah oleh Negara lain. Betapa bodohnya kita, disaat Negara kita sedang gaduh karena saling tusuk satu sama lain pihak asing memanfaatkan moment tersebut untuk menanamkan identitas mereka di Indonesia. Contohnya, dimana-mana produk made in china mudah ditemui dimana-mana. Mulai dari barang elektronik hingga alat tulis dibuat Negara asing, mungkin hanya kopi  pinggir jalan yang sampai sekarang masih 100% butan Indonesia. Sungguh ironi.
                Sebenarnya, Negara kita mempunyai potensi menjadi Negara besar, seperti apa yang diungkapkan HaryTanoe bahwa kita masih memiliki banyak sumber daya alam dan tenaga kerja yang melimpah, sedangkan China dan eropa mulai menua, 70% populasi di Indonesia adalah generasi produktif yang berumur dibawah 40 tahun. Sungguh fakta yang mengejutkan, dan jikalau kita mampu memanfaatkannya dengan cerdas niscaya Indonesia akan menjadi salah satu Negara yang diperhitungkan di kancah dunia.
Maka dari itu, momen hari pahlawan kali ini haruslah diisi dengan semangat perubahan guna menjadi lebih baik.Tak hanya diisi dengan  peringatan memperingati jasa para pahlawan, tapi kita harus berjuang memajukan bangsa kita. Karena zaman ini adalah zaman global dimana segala sesuatu terhubung dan hukum rimba tak lagi berlaku tapi yang cepat kini melindas yang lambat, maka oleh karena itu kita tak boleh terlalu lama terpaku melakukan hal yang tak bermanfaat dan terpecah menjadi beberapa golongan tapi kita harus segera bertindak dan bersatu untuk Indonesia yang lebih baik kedepannya. Penulis percaya dengan berjuang memajukan bangsa para pahlawan akan tersenyum dialam sana melihat kegigihan kita yang terus berjuang walau tak lagi melawan penjajah tapi melawan bangsanya sendiri.
                Hemat penulis, ada beberapa hal yang patut ditanamkan kepada generasi muda agar nantinya memiliki daya saing dan mental baja untuk bersaing dengan Negara lain kelak. Hal pertama yang harus ditanamkan adalah semangat toleransi, menerima perbedaan. Dengan memiliki semangat toleransi yang tinggi kita mampu berjalan beriringan mengesampingkan unsur SARA dan begerak bersama memajukan bangsa. Semangat toleransi ini bisa ditanamkan dengan mengenalkan kekayaan bangsa kepada generasi muda agar mereka tahu betapa kayanya Negara kita dan juga dengan memberikan wawasan tentang sejarah merdekanya bangsa yang diraih dengan keringat banyak golongan yang bersatu mengesampingkan kepentingan individu dan bersatu meraih kemerdekaan bangsa 71 tahun yang lalu.
                Hal  kedua yang harus ditanamkan adalah semangat persatuan. Seperti yang telah penulis paparkan sebelumnya, sebagai Negara besar kita harus berjalan beriringan mengesampingkan kepentingan individu dan kelompok demi kemajuan bangsa kita kedepannyya. Dengan semangat pesatuan yang dijunjung tinggi, seluruh aspek di Negara ini akan berproses, begerak dan berjalan beriringan guna mewujudkan mimpi bersama Negara ini yakni untuk menjadi lebih baik.
                Akhirul kalam, sebagai penutup, izinkan penulis mencuplik puisi seorang Sapardi Djoko Damono yang dengan begitu indahnya mengilustrasikan betapa powerfullnya persatuan dan toleransi
Berjalan kebarat waktu pagi hari
Waktu aku berjalan kebarat di waktu pagi matahari
                                Mengikuti di belakang
Aku berjalan mengikuti bayang-bayang sendiri yang
                                Memanjang didepan
Aku dan matahri tidak bertengkar tentang siapa diantara
                                Kami yang telah menciptakan bayang-bayang
Aku dan bayang-bayang tidak bertengkar tentang siapa di
                                Antara kami yang harus berjalan didepan
Wallahua’lambisshawab

0 Komentar

Anda bebas berkomentar selama tidak mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI. Selamat berbagi pendapat dan berdiskusi di kolom komentar ini.

Orang baik berkomentar dengan baik.
Jadilah komentator yang baik.